SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Ngrawoh, Desa Pilangsari, Kecamatan Gesi, Sragen, merajut limbah tali herbel menjadi produk keranjang dan beronjong di teras rumahnya Kamis (22/12/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Warga RT 003, Dukuh Ngrawoh, Desa Pilangsari, Kecamatan Gesi, Sragen, menyulap limbah tali pengikat hebel atau bata ringan menjadi produk kerajinan dengan nilai jual cukup tinggi. Tali hebel berbahan seperti plastik yang semula tak berguna ternyata bisa diolah menjadi keranjang sampah.

Bila dijual harganya bisa sampai Rp20.000/unit. Jika dibuat menjadi bronjong harganya lebih tinggi lagi, bisa Rp125.000-Rp145.000 per unit.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pengolahan limbah tali hebel ini wujud pemberdayaan warga Desa Pilangsari agar bisa keluar dari zona kemiskinan. Desa ini sebelumnya merupakan desa zona merah kemiskinan di Jateng. Inisiasi membuat kerajinan tali hebel itu dilakukan salah seorang warga bernama Darman. Ia sudah menekuni pembuatan kerajinan ini sejak dua tahun terakhir.

Saat Solopos.com berkunjung, Kamis (22/12/2022), anak perempuan Darman yang bernama Hani, 22, sibuk menganyam tali hebal menjadi keranjang sampah yang unik. Dalam sehari, Hani bisa membuat lima unit keranjang sampah dengan ukuran bervariasi. Semakin besar ukurannya semakin mahal harganya.

“Keranjang sampah dijual kepada tetangga. Oleh tetangga dijual lagi ke Pasar Gesi. Kalau membuat beronjong sehari hanya bisa satu unit,” jelasnya.

Baca Juga: Pemkab Semarang Gandeng Unika Semarang Berdayakan Pengelolaan BUMDes

Selain membuat kerajinan, warga Desa Pilangsari juga ada yang mengembangkan produk khas makanan desa, yakni tempe koro benguk. Salah satu dari lima pengrajin tempe koro benguk di sana ada yang sudah mengantongi sertifikat halal.

“Produk tempe koro benguk itu dijual ke pasar-pasar. Selain pengembangan produk makanan khas Pilangsari, kami juga memberdayakan warga untuk membuat kelompok usaha bersama (kube) untuk ternak kambing dan lele,” ujar Kepala Desa Pilangsari, Gesi, Sragen, Ahmat Munadi.

Dia menyebut ada tiga Kube di Pilangsari, yakni Nyawiji Migunani, Nur Hikmah, dan Kopi Ireng. Dia mengatakan jenis usaha Kube Nyawiji Migunani dan Kube Nur Hikmah adalah beternak kambing komunal sebanyak 21 ekor. Sementara Kube Kopi Ireng berternak ikan lele dengan menggunakan kolam bulat dengan diameter 3 meter dengan kapasitas 2.500 ekor per kolam.

Baca Juga: Dana Kelurahan Kroyo dan Plumbungan Sragen Tahun 2023 Naik

“Lele itu pernah panen sekali dan kebetulan harganya tinggi, yakni Rp18.000 per kg,” katanya.

pemberdayaan masyarakat sragen
Kepala Desa Pilangsari, Gesi, Sragen, Ahmat Munadi, melihat usaha milik Kube Kopi Ireng berupa ternak lele hasil pendampingan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Kamis (22/12/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Dari sejumlah pemberdayaan tersebut, jumlah keluarga miskin di Pilangsari turun 100 keluarga dalam kurun waktu hampir dua tahun. Jumlah warga miskin di sana per April 2021 sebanyak 1.741 keluarga. Kemudian pada Desember 2022 tinggal 1.634 keluarga.

“Selain pemberdayaan juga ada pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan warga, seperti pelatihan tukang konstruksi umum yang diadakan di Technopark Sragen pada 26-30 Desember 2022 besok,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya