SOLOPOS.COM - Ilustrasi Petugas Linmas (Dok/JIBI)

Solopos.com, SOLO — Pak Hansip alias petugas Linmas di Solo ternyata masih punya peran besar untuk menjaga Solo damai. Inilah kisah mereka yang dihimpun oleh Solopos.com.

Gobang, pedang, badik, helm, sepeda ontel, pemutar cd dan sebagainya. Barang-barang tersebut satu persatu keluar dari laci dan almari serta gudang ruang pos jaga petugas perlindungan masyarakat (Linmas) Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo. Barang-barang tadi merupakan saksi bisu tindak kriminal yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Di sini rawan kejahatan, ada 29 kejadian pada 2012 dan tahun ini 36 kejadian. Kami catat semuanya,” terang salah satu anggota Linmas di sana saat Solopos.com berkunjung, Selasa (17/12/2013) siang.

Novi Fajar, ya dialah salah satu anggota Linmas tadi. Bersama rekan satu angkatannya, Joko Sawono, Novi pun berkisah. Mereka adalah anggota Linmas yang direkrut sejak 2008 lalu. Setelah melalui serangkaian tes fisik, Novi, Joko dan enam rekan lain dinyatakan lolos menjadi anggota.

Sejak saat itu, mereka bertugas delapan jam dalam sehari. Jika dihitung, mereka hanya mendapatkan tak sampai Rp3.000 upah setiap jamnya.

“Dulu tak pernah ada libur, karena setiap hari ada tiga sif dan ada sembilan personel. Setelah personel ditambah atas inisiatif lurah, kami bisa libur empat hari dalam sebulan,” terang mereka.

Enam personel tambahan ditugaskan di kelurahan itu. Soal upah, ya personel tambahan tadi diberi jatah piket yang tak sama dengan personel pokok. “Separuh dari jatah anggota pokok,” terang Novi.

Sering kali Novi dan Joko mendengar pendapat warga mengenai ringannya tugas Linmas. Dikatakan hanya nongkrong di kelurahan dan sebagainya. Padahal, dalam sehari, baik saat mengenakan seragam dan tidak, mereka tetap berpatroli.

Dalam berpatroli, mereka dibekali pentungan dan sepeda ontel. Namun di Sumber, sepeda ontel hanya mangkrak di gudang. “Nuwun sewu, jika digenjot bisa mrotoli. Kami menggunakan sepeda motor,” terang mereka.

Praktis dana operasional untuk kendaraan itu harus mereka tanggung sendiri. Ditambah harus memikirkan kebutuhan keluarga, upah yang mereka terima setiap bulan dari tugas tersebut hampir bisa dipastikan jauh dari cukup.

Alokasi Upah
Di tahun-tahun awal bertugas, Novi dan Joko mengaku serasa ingin menangsi mengalokasikan upah untuk mencukupi kebutuhan. Bukan tak hengkang, mereka tetap mengabdi sebagai pemantau situasi keamanan warga lewat tugasnya itu.
Enjoy, ya begitulah sebut Novi legawa menjalankan tugasnya. Totalitas dalam bekerja mereka yakini akan membawa ke pintu rejeki yang layak.

Berangsur-angsur hal itu terbukti. Kedekatan dengan warga sebagai buah dari totalitas pelayanan, mengantar mereka menuai kepercayaan.

“Memang kami sering dilibatkan menjaga keamanan saat warga menggelar hajat, tapi kadang tak dapat uang kadang dapat. Maksimal Rp50.000 lah. Totalitas kerja ibarat investasi, kami sekarang bisa memanennya,” ujar mereka.

Dinamika mobilitas pekerjaan membuat warga harus memikirkan keamanan rumah saat ditinggal pergi. Dari kondisi itulah, Novi, Joko dan rekan-rekannya acap kali mendapatkan kepercayaan. “Bervariasi, karena kedekatan dan kepercayaan maka terdapat beberapa warga yang pasrah keamanan rumah kepada kita. Kami pun tak meminta, mereka yang masrahke,” tambahnya.

Senjata tajam, perlengkapan pelaku kejahatan dan sebagaianya di atas tadi merupakanbekal para pelaku kejahatan. “Memang fungsi kami memantau keadaan dan melaporkan sesuatu yang pantas dilaporkan. Tapi jika ketemu maling, jambret langsung, apa kami hanya diam. Tentu kan menangkap juga. Musuhnya pedang lho,” ulas Novi sembari mempertontonkan foto sejumlah tersangka kasus kriminal yang ia tangkap bersama rekan-rekannya.

Bermodal pentungan, mereka berhadapan dengan pedang atau senjata tajam lainnya. Mereka rela menekuni pekerjaan itu dan berusaha ikhlas menerima rezeki yang ada.

Sukirno, salah seorang mantan tukang becak pun tergabung sebagai personel linmas tambahan di kelurahan itu. Selain ingin mendermakan tenaganya, Sukirno tertarik melakoni tugas linmas lantaran sebelumnya hanya menganggur di rumah. “Dulu saya narik becak, sekarang ya di sini. Di rumah tak ada kerjaan,” terangnya.

Begitulah potret dinamika pekerjaan personel linmas di Kota Solo. Terkadang, mereka pun dimintai tolong menyebar undangan untuk agenda-agenda kelurahan. Juga pekerjaan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya