SOLOPOS.COM - Suranto, sukarelawan Desa Wonodoyo, Cepogo, Boyolali, membersihkan longsoran tebing di lereng Gunung Merapi yang menutup jalan antar dukuh, Selasa (8/3/2016). (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Longsor Boyolali terjadi di jalan penghubung di Dukuh Taring, Desa Wonodoyo, Cepogo, Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI–Sebanyak 96 kepala keluarga (KK) di Dukuh Taring Desa Wonodoyo, Cepogo, Boyolali tersolir akibat jalan satu-satunya penghubung antar dukuh diterjang longsor, Senin (8/3/2016) malam.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Seorang warga Dukuh Taring, Desa Wonodoyo, Kasriman, mengatakan hujan deras yang terjadi sejak Senin siang sampai sore mengakibatkan tanah di lereng Gunung Merapi menjadi labil dan mudah longsor. Sepanjang jalan penghubung antar Dukuh Taring, Ngelendong, Ngetep, Gatakan, dan Kalitengah, Desa Wonodoyo, Desa Wonodoyo, Cepogo sebelah kiri jalan dari arah Boyolali terdapat tebing. Sementara di sisi kanan jalan terdapat jurang dan tegalan.

“Tebing yang ada di sepanjang jalan tersebut ketinggiannya bervariasi mulai dari 1 meter sampai 3 meter,” ujar Kasriman saat ditemui wartawan di sela membersihkan jalur antar dukuh yang terkena longsor, Selasa (8/3/2016).

Kasriman mengatakan dari total panjang jalan mencapai 3 kilometer (km) yang terkena longsor sepanjang 1 km. Longsor yang terjadi Senin kemarin ada yang sampai menutup total jalan dan ada yang hanya tertutup sebagian.

Ia menjelaskan jalan tersebut merupakan satu-satunya jalan yang digunakan warga di empat dukuh untuk beraktivitas sehari-hari mulai menjual hasil pertanian, sekolah hingga ke sawah. Paling parah terkena dampak akibat longsor tersebut adalah Dukuh Taring.

“Longsor di Taring menutup total akses jalan sehingga warga tidak bisa beraktivitas,” kata dia.

Menurut dia, setiap hujan deras yang terjadi di lereng Gunung Merapi sering mengakibatkan longsor. Warga ketika turun hujan langsung bergegas pulang ke rumah karena khawatir terkena longsor. “Tanah di lereng Gunung Merapi merupakan tanah lumpur yang dijadikan lahan pertanian warga setempat. Lahan pertanian ditanami tanaman seperti bawang merah, kembang kol, sawi, dan kubis,” kata dia.

Kasriman menambahkan sebagian besar tanaman yang ditanami warga merupakan tanaman sayuran yang tidak mampu mengikat tanah sehingga ketika terjadi hujan deras langsung longsor. Seharusnya warga juga menanam tanaman yang mampu mengikat tanah agar ketika terjadi hujan tanahnya tidak mudah terbawa air.

Terpisah,  Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Purwanto, mengaku belum melakukan pembersihan jalan yang tertup longsoran tanah di Dukuh Taring. BPBD lebih fokus membersihan jalan utama di Dukuh Songgobumi, Desa Mriyan, Musuk yang juga tertutup akibat tebing longsor.

“Kemungkinan besok [Rabu] kami baru bergantian membersihkan longsoran jalan di Taring. Longsor yang terjadi Senin kemarin tidak ada korban jiwa,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya