SOLOPOS.COM - Warga dibantu relawan gabungan dan anggota Kodim saat mencari korban longsor di Dusun Banjar, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. (Dok/JIBI/Solopos)

Warga dibantu relawan gabungan dan anggota Kodim saat mencari korban longsor di Dusun Banjar, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. (Dok/JIBI/Solopos)

Warga dibantu relawan gabungan dan anggota Kodim saat mencari korban longsor di Dusun Banjar, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sebanyak 84 Kepala Keluarga (KK) di Ngledok, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar siap transmigrasi bedol desa ke Bengkulu dalam waktu dekat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Puluhan KK itu terpaksa memilih opsi transimigrasi guna menghindari ancaman bencana tanah longsor di Gerdu selama musim hujan berlangsung.

Dusun Ngledok, Desa Gerdu menjadi satu-satunya desa di Bumi Intanpari yang dinilai daerah paling rawan terkena bencana tanah longsor. Pasalnya, rumah warga di daerah tersebut berada di bawah bukit yang bertanah gembur. Saat musim hujan, daerah tersebut berpeluang mengalami tanah longsor. Sejak tahun 2007, Dusun Ngledok menjadi langganan bencana tanah longsor.

“Selain membekali warga soal pengetahuan tanah longsor. Ada beberapa warga yang menyatakan diri siap melakukan transmigrasi. Totalnya, ada 99 KK. Saat ini, sudah ada 15 KK yang sudah transmigrasi. Sisanya, menunggu informasi dari pemerintah. Di tanah transmigrasi [Bengkulu], rata-rata warga itu akan memperoleh tiga hektare lahan,” kata Kasi Kententraman dan Ketertiban (Trantib) Desa Gerdu, Sukardi, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Kamis (5/12/2013).

Sukardi mengatakan sebagian besar warga di Gerdu sudah menyadari kalau daerahnya menjadi daerah rawan terkena bencana tanah longsor. Saat terjadi hujan di malam hari, sejumlah warga sudah pasti mengungsi ke tempat yang dinilai lebih aman. Hal itu semata-mata guna menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan.

“Malam hari itu identik dengan waktu istirahat. Kalau tidak segera mengungsi, akan kesusahan saat terjadi bencana longsor. Di sini, juga ada warga yang membangun rumah di atas bukit dengan pertimbangan lebih aman dibandingkan di bawah bukit,” katanya.

Hal senada dijelaskan tokoh masyarakat di Gerdu, Teguh Haryanto. Selama musim hujan berlangsung, warga terus menjalin komunikasi aktif dengan tim relawan atau SAR di Karanganyar. Tujuannya guna menghindari jatuh korban saat ancaman bencana tanah longsor terjadi.

“Ketika terjadi bencana tanah longsor, warga sudah mengetahui tentang hal apa saja yang harus dilakukan, di antaranya harus mengungsi. Di sini, komunikasi dengan tim relawan selalu kami bangung. Harapannya, tim Search and Rescue (SAR) yang ada di Karanganyar langusng terjun ke lapangan saat terjadi musibah tanah longsor,” ujarnya.

Peristiwa tanah longsor di Desa Gerdu terparah terjadi tahun 2011. Waktu itu, terdapat korban jiwa. Hal ini yang menyebabkan warga setempat harus bahu-membahu mengantisipasi bencana tanah longsor di masa mendatang. “Iya, di sini ada puluhan warga yang siap melakukan transmigrasi ke luar Jawa. Itu semua atas inisiatif dari warga sendiri. Jadi bias dikatakan, kesadaran warga di sini untuk mengantisipasi bencana tanah longsor cukup tinggin” kata Teguh Haryanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya