SOLOPOS.COM - Warga dan sukarelawan bekerja bakti menyingkirkan longsoran tanah di Dusun Sodong, Tengklik, Tawangmangu, Karanganyar, Senin (8/2/2016) pagi. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Longsor Karanganyar membuat Pemkab menetapkan darurat bencana tanah longsor di Karanganyar.

Solopos.com, KARANGANYAR–Status darurat bencana tanah longsor di Desa Beruk ditetapkan sejak Kamis (11/2/2016). Pernyataan itu disampaikan Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Nugroho.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Nugroho menuturkan sudah mengajukan surat kepada Bupati Karanganyar, Juliyatmono, perihal status darurat bencana. “Status darurat bencana tinggal persetujuan Bupati. Kalau ada SK maka memudahkan kami memberikan bantuan logistik skala besar dan berhari-hari. SK juga bisa untuk mengakses dana oncall. Ada Rp1 miliar. BPBD Provinsi dan BNPB,” kata Nugroho saat ditemui wartawan di lokasi tanah longsor, Sabtu (13/2/2016).

Selain itu SK dapat meloloskan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar mengakses bantuan dari BPBD Provinsi Jawa Tengah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dana dimanfaatkan membuat jembatan, peralatan warga masyarakat, mobilisasi sukarelawan, dan evakuasi sementara warga terkena dampak tanah longsor.

“Logistik sudah siap. Kami sedang menghitung mana yang perlu dan belum perlu dibantu. Logistik untuk kerja bakti dahulu. Kalau warga terdampak longsor belum mengungsi permanen,” tutur dia.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, sejumlah warga di Dusun Jengglong, Desa Wonorejo dan Dusun Kambangan, Desa Beruk akan mengungsi apabila turun hujan pada sore atau malam hari. Mereka khawatir terjadi longsor susulan saat turun hujan. Mereka mengungsi ke rumah kerabat terdekat maupun pos pengungsian di Balai Desa Beruk dan SDN 03 Wonorejo.

Namun, warga enggan melapor kemana mengungsi. Hal itu menyulitkan BPBD maupun sukarelawan saat mendata. “Rata-rata enggak lapor dimana mengungsi. Kami minta Pak kadus, Pak RT, sukarelawan warga sekitar mencari data. Di pos pengungsian sudah ada sukarelawan, BPBD, dan petugas kesehatan berjaga,” ujar dia.

Nugroho mengklaim kebutuhan warga terdampak longsor maupun sukarelawan sudah siap. Tetapi, penanganan bencana tanah longsor di Desa Beruk tidak bisa diselesaikan dengan cepat. “Saya khawatir gerakan tanah masih ada. Ini longsor tidak bisa dikeroyok dengan alat berat. Potensi longsor masih ada. Jangan sekali-kali meninggalkan kearifan lokal,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Kepala UPT DPU Wilayah Selatan, Sugeng. Dia mendata bencana tanah longsor di Dusun Tasin, Desa Beruk pada 2007 menyebabkan rekahan sepanjang 460 meter dan penurunan tanah sedalam 7 sentimeter. Dia mengecek tanah longsor pada Rabu (10/2/2016) sore hingga Jumat (12/2/2016) hanya meluruhkan rekahan sepanjang 200 meter.

“Masih ada sisa yang belum longsor. Kami menandai lokasi excavator yang terseret. Awalnya enggak kelihatan. Lalu dicek setiap jam perlahan-lahan kelihatan. Ini artinya tanah masih bergerak. Potensi longsor masih tinggi,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya