Soloraya
Sabtu, 4 April 2015 - 01:30 WIB

LONGSOR KLATEN : Sepekan, 60 Titik Diterjang Longsor dan Banjir

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi banjir luapan air Sungai Dengkeng (Dok/JIBI/Solopos)

Longsor dan banjir di Klaten melanda 60 lokasi dalam sepekan terakhir.

Solopos.com, KLATEN — Setidaknya ada 60 lokasi yang terdampak bencana alam di Kabupaten Klaten dalam sepekan terakhir. Bencana berupa tanah longsor, banjir, dan angin kencang yang menyebabkan kerugian materiil hingga miliaran rupiah.

Advertisement

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com dari Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, puluhan lokasi itu ada di empat kecamatan yakni Wedi, Prambanan, Cawas, dan Bayat. Jumlah lokasi itu akibat kejadian pada Sabtu (28/3/2015) hingga Jumat (3/4/2015).

Seperti di Kecamatan Wedi, pada Sabtu (28/3/2015), ada satu lokasi tanah longsor di Bukit Cakaran, Dukuh Sekarbolo, Desa Jiwo Wetan, yang mengancam dua rumah warga dan dua kandang ayam. Sedangkan pada Minggu (29/3/2015) ada 10 lokasi yang terdampak tanggul longsor dan banjir karena luapan air Sungai Dengkeng.

Advertisement

Seperti di Kecamatan Wedi, pada Sabtu (28/3/2015), ada satu lokasi tanah longsor di Bukit Cakaran, Dukuh Sekarbolo, Desa Jiwo Wetan, yang mengancam dua rumah warga dan dua kandang ayam. Sedangkan pada Minggu (29/3/2015) ada 10 lokasi yang terdampak tanggul longsor dan banjir karena luapan air Sungai Dengkeng.

Sementara itu, di Kecamatan Prambanan pada Minggu (29/3/2015) lalu, ada 13 lokasi yang diterjang banjir akibat luapan Sungai Dengkeng. Banjir tersebut menggenangi lahan pertanian, merusak tanggul, dan bahkan ada yang menyebabkan jembatan putus.

Di Cawas, pada Minggu ada 11 lokasi yang terdampak banjir dan tanggul longsor. Banjir itu menggenangi puluhan hektare lahan pertanian dan ratusan rumah warga. Sedangkan pada Rabu (1/4/2015) petang ada bencana angin kencang di Desa Plosowangi yang menyebabkan sejumlah pohon tumbang dan sempat menutup jalan di desa itu.

Advertisement

Di Bayat juga ada sejumlah lokasi yang terdampak bencana alam. Pada Minggu (29/3/2015), ada 22 lokasi yang terdampak banjir dan tanggul jebol. Banjir tersebut menggenangi permukiman, lahan pertanian, jalan desa, dan kantor polindes. Ratusan rumah milik warga tergenang dalam banjir tersebut.

Selain itu, pada Selasa (1/4/2015), TRC BPBD juga mengadakan survei lokasi lokasi rawan longsor di tiga lokasi yakni Gunung Pegat di Krakitan, Mardirejo dan Patoman di Krikilan. Sementara, pada Kamis (2/4/2015), di Desa Tegalrejo ada tiga rumah yang rusak ringan karena tertimpa pohon tumbang akibat hujan deras disertai angin kencang.

Menurut Camat Bayat, Edy Purnomo, tanggul longsor dan banjir yang menggenangi permukiman itu hampir setiap tahun terjadi. Ia pun ingin pemerintah segera melakukan normalisasi Sungai Dengkeng karena kerap menyebabkan banjir.

Advertisement

“Kondisi tanggul di sepanjang Sungai Dengkeng sudah parah karena banyak yang jebol. Ketika air sungai meluap, dampaknya ke permukiman dan area persawahan. Sungai Dengkeng itu mendesak untuk dinormalisasi,” katanya, Kamis (3/4/2015).

Tak hanya itu, pada Jumat (3/4/2015), di Bayat juga terjadi tanggul longsor akibat hujan deras, Kamis. Longsor itu mengancam rumah Watiman dan Hariyanto, warga Dukuh Krakitan RT 001/RW 004 Desa Krakitan. Terkait banyaknya kejadian itu, Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sri Winoto, mengatakan masih banyak kerusakan akibat bencana yang perlu segera ditangani.

“Dalam beberapa hari terakhir, banyak tanggul longsor yang harus dikuatkan dengan bronjong kawat dan karung plastik. Tapi, tidak bisa selamanya seperti itu dan perlu penanganan permanen,” katanya, Kamis.

Advertisement

Ia menyebut mayoritas tanggul longsor dan banjir itu karena dampak luapan air Sungai Dengkeng. Ia akan mendata semua kerusakan dan dampak bencana itu untuk bahan laporan ke Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

“Kami berharap BBWSBS segera melaksanakan rencana normalisasi Sungai Dengkeng agar warga yang terdampak bencana tidak bertambah banyak. Saat ini, kerugian materiil akibat bencana itu mencapai miliaran rupiah,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif