SOLOPOS.COM - Ilustrasi, operasi pasar (JIBI/SOLOPOS/dok)

Ilustrasi, operasi pasar (JIBI/SOLOPOS/dok)

KLATEN-Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Klaten meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten tidak menjadikan operasi pasar (OP) sebagai formalitas belaka.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua LPKSM Klaten, Gino, kepada Solopos.com, Senin (16/7/2012), mengatakan Pemkab Klaten melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop UMKM) wajib mengintensifkan OP menjelang Ramadan dan Lebaran. OP itu, kata Gino, bertujuan mengendalikan kenaikan harga sembako di pasaran yang sudah meresahkan konsumen.

“Harga sembako itu memang biasa dinaikkan pedagang menjelang Ramadan. Tetapi kalau kenaikan harga itu di atas 10% dari harga semula, itu tidak wajar. Hal itu merugikan konsumen,” papar Gino.

Sesuai dengan konsep supply and demand, kata Gino, kenaikan harga kurang dari 10% masih bisa dipahami. Akan tetapi, sebagian besar pedagang ingin mengambil untung besar melalui momentum Ramadan dan Lebaran ini. Tak jarang pedagang menjual komoditas tertentu kendati sudah tidak layak konsumsi. “Kenaikan harga yang didasari kerakusan pedagang harus dicegah. Ini menjadi tugas pemerintah daerah dalam memberi pengawasan kenaikan harga sembako di pasaran,” kata Gino.

Gino meminta Disperindagkop dan UMKM Klaten mendata kenaikan sembako di pasaran. Dia juga meminta petugas tidak segan-segan menegur pedagang yang menjual sembako di ambang batas kewajaran. Kenyataan yang terjadi, kata Gino, pedagang berlomba-lomba menaikkan harga dagangannya menjelang Ramadan ini. “OP itu jangan sekadar formalitas. Harga spekulan harus dihentikan. Kalau pedagang berdalih kenaikan itu dipengaruhi kenaikan saat kulak, petugas harus mengecek ke tengkulak,” terang pria yang juga berprofesi sebagai pengacara ini.

Sementara itu, Kepala Disperindagkop dan UMKM Klaten, Sapto Aji, mengatakan kenaikan harga sembako khususnya komoditas beras, minyak goreng, dan gula saat ini masih bisa dijangkau konsumen. “Yang mengalami kenaikan signifikan itu telur. Tetapi, telur itu bukan kebutuhan pokok. Sebagai lauk, telur bisa diganti dengan menu lain,” kata Aji.

Berbeda dengan Gino, Aji menilai, kenaikan harga sembako masih wajar jika belum menyentuh 20%. Pihaknya berjanji akan menyelenggarakan OP jika kenaikan harga sembako di atas 20%. “Setiap hari kami juga memantau kenaikan harga itu. Kalau sudah di atas 20%, mau tidak mau harus digelar OP,” kata Aji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya