Soloraya
Selasa, 17 Januari 2023 - 19:07 WIB

LSD Bisa Sembuh, Peternak Boyolali Diminta Tak Buru-Buru Jual Sapi Kena Kutil

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sapi milik peternak, Yuliana di Dusun Jetis Desa Manggis Kecamatan Mojosongo, Sabtu (24/12/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali meminta peternak untuk tidak panik dan buru-buru menjual sapi yang terkena penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau kutil sapi. Disnakkan mengatakan sapi yang terkena LSD bisa sembuh.

Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, memastikan selain sapi akan sembuh. Jika sapi dijual dalam keadaan terkena LSD, peternak akan rugi karena harganya jatuh.

Advertisement

“Jadi, jangan buru-buru untuk segera dijual atau dipotong. Biar kondisi sapinya pulih kembali, terus harga jualnya juga kembali,” ujarnya saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (17/1/2023).

Lebih lanjut, Kepala Disnakkan Boyolali itu mengungkapkan saat ini sudah ada surat edaran (SE) Kementerian Pertanian (Kementan), tepatnya dari Badan Karantina Kementan, bahwa sapi yang dilalulintaskan adalah sapi yang sudah bervaksin LSD.

Advertisement

Lebih lanjut, Kepala Disnakkan Boyolali itu mengungkapkan saat ini sudah ada surat edaran (SE) Kementerian Pertanian (Kementan), tepatnya dari Badan Karantina Kementan, bahwa sapi yang dilalulintaskan adalah sapi yang sudah bervaksin LSD.

“Sapi yang belum divaksin LSD itu belum boleh dilalulintaskan. Kecuali dilakukan uji lab dan dinyatakan negatif, itu bisa. Nah, pengetatannya itu,” ujarnya.

Selain pengetatan berdasar SE Kementan, Lusi menjelaskan Disnakkan Boyolali juga melaksanakan langkah-langkah pengendalian di semua pasar hewan.

Advertisement

Vaksin LSD

“Manakala ada sapi yang dibawa ke pasar menunjukkan gejala klinis [LSD], harus dibawa pulang. Disuntik dulu, baru dibawa pulang untuk dilakukan pengobatan,” jelasnya.

Tak hanya itu, pasar hewan sebelum dan sesudah dibuka akan dibersihkan dan dilakukan prosedur biosecurity. Tim dari Disnakkan Boyolali, jelas Lusi, juga setiap ada laporan langsung akan melakukan penanganan dan beberapa sapi juga telah divaksin LSD.

Lusi mengungkapkan Boyolali sempat mendapatkan 3.700 dosis vaksin LSD yang sudah disebar ke setiap Puskeswan dan sebagian disiagakan di Disnakkan untuk kebutuhan darurat.

Advertisement

“Dari 3.700 dosis, sudah disuntikkan lebih dari 2.000-an. Karena memang setelah terdistribusi, teman-teman belum melaporkan detailnya, akan tetapi sudah lebih dari 2.000 sapi yang telah tervaksin,” ujarnya.

Lusi juga mengatakan saat ini Disnakkan Boyolali juga sudah melayangkan surat ke dinas terkait di Provinsi Jawa Tengah untuk meminta 5.000 dosis vaksin LSD.

Lebih lanjut, Lusi menjelaskan berdasar data per Selasa (17/1/2023), terdapat 606 ekor sapi yang suspek LSD di Boyolali. Kemudian dari 606 suspek itu, ada 32 ekor sapi yang positif berdasarkan uji lab dan 20 ekor sembuh.

Advertisement

Menjaga Kebersihan Kandang

“Kemarin [Senin] kami masih menginfokan 580 suspek. Akan tetapi ada laporan di hotline kami, ditambah temuan di pasar 18 ekor, totalnya jadi 606 ekor,” kata Lusi.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan Boyolali, drh Afiany Rifdania, meminta peternak menjaga kebersihan kandang karena virus LSD ditularkan melalui vektor seperti lalat, nyamuk, dan caplak.

Afi mengungkapkan ketika kandang masih kotor, maka vektor akan tetap datang ke kandang. Tak hanya terkait kebersihan, Afi juga meminta peternak untuk menjaga gizi dari sapi.

“Karena LSD ini kan virus ya. Jadi mohon bantuannya kepada masyarakat untuk menjaga asupan gizinya. Obat sebagus apa pun, kalau asupan gizinya masih kurang, tidak mampu untuk mempercepat penyembuhan dan pemulihan,” kata dia.

Ia juga mengungkapkan banyak sapi perah yang lebih cepat sembuh dibanding sapi potong karena gizi atau makanan dari sapi perah lebih bagus. Afi juga mengungkapkan di Boyolali juga sapi perah lebih sedikit terkena LSD dibandingkan sapi potong.

Hal tersebut, jelasnya, tak hanya terjadi di Boyolali akan tetapi di banyak daerah lain. “Nah, untuk sapi apa yang mudah tertular itu memang masih diteliti para ahli,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif