SOLOPOS.COM - Lahan sawah di Selogiri, Wonogiri, mengering. Petani membiarkan lahan itu tidak ditanami selama kemarau. Foto diambil Selasa (12/9/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Kemarau membuat luas tanam padi di sawah wilayah Wonogiri berkurang signifikan. Sebagian petani memilih tidak menanam dan membiarkan lahan sawah mereka bera.

Sebagian lagi mengolah lahan itu dengan tanaman yang tahan panas dan sedikit membutuhkan air seperti palawija. Meski demikian, Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri meyakini produksi padi tahun ini tetap surplus.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Bidang Produksi Dispertan Pangan Wonogiri, Ridwan Jauhari, mengatakan ketika kemarau lahan pertanian pangan terutama padi sawah memang berkurang cukup signifikan. Tetapi hal itu sangat lumrah dan sudah menjadi pola tahunan.

Pengurangan luas tanam padi itu juga tidak menjadikan Wonogiri defisit produksi beras. Dia menjelaskan berdasarkan jenis pengairan, pertanian padi sawah di Wonogiri dibagi menjadi tiga yaitu sawah irigasi, tadah hujan, dan pasang surut.

Masing-masing jenis itu ada yang bisa tanam satu, dua, atau tiga kali masa tanam dalam setahun bergantung kondisi wilayah. Mayoritas lahan sawah di Wonogiri menggunakan pola irigasi yang bersumber dari embung, waduk, atau sumber mata air. 

Ridwan menguraikan Dispertan Pangan Wonogiri biasa membagi masa tanam (MT) dua kali dalam setahun. MT I mulai Oktober-Maret sedangkan MT II April-September. Luas tanam MT II biasanya setengah dari MT I karena bersamaan dengan kemarau.

Pengurangan luas tanam padi di Wonogiri itu sangat bisa dipahami karena saat kemarau seperti sekarang ini sumber-sumber air untuk irigasi sawah mengering. Akibatnya lahan sawah itu tidak berproduksi. 

“Itu lumrah. Ada El Nino atau tidak, luas tanam padi sawah di Wonogiri ya tetap berkurang banyak saat kemarau. Tetapi bukan berarti produksi padi kami dalam setahun defisit. Kami tetap bisa surplus,” kata Ridwan saat ditemui Solopos.com di Kantor Dispertan Wonogiri, Selasa (12/9/2023).

Beralih ke Palawija

Data Dispertan Wonogiri luas tanam padi sawah pada Oktober 2021-Maret 2022 atau MT I sebanyak 45.154 hektare. Sedangkan luas tanam padi sawah pada April 2022-September 2022 seluas 20.086 hektare. 

Sementara itu, luas tanam padi sawah pada Oktober 2022–Maret 2023 tercatat 50.692 hektare. Sedangkan luas tanam padi sawah pada pada April-Agustus 2023 seluas 15.304 hektare. Luas tanam pada September biasanya tidak lebih dari 1.000 hektare.

Artinya tidak akan menyamai luas tanam MT II tahun sebelumnya. Dengan melihat data itu, berarti luas tanam pada 2023 ini menurun dibandingkan pada 2022 lalu. 

Berdasarkan data itu pula, dibandingkan MT I, luas tanam padi sawah pada MT II atau saat kemarau ini di Wonogiri berkurang sebanyak 34.388 ha pada 2023 ini. Berkurangnya luas tanam itu juga berpengaruh pada penurunan produksi.

Produksi gabah pada 2022 lalu tercatat sebanyak 374.667 ton/tahun. Sedangkan produksi gabah pada 2023 ini  diproyeksikan 309.162 ton atau turun 17,48%.

Penurunan itu, kata Ridwan, tidak selalu berarti lahan pertanian itu dibiarkan tidak produktif. Menurutnya, ada petani yang beralih ke pola pertanian lain seperti palawija atau tanaman hortikultura saat kemarau.

Tetapi dia juga tidak memungkiri banyak juga lahan pertanian sawah yang dibiarkan tidak berproduksi karena kendala sumber air. Dia menilai penurunan produksi gabah itu juga yang menjadi salah satu penyebab harga gabah di Wonogiri naik cukup signifikan.

“Laporan yang kami terima harga gabah kering giling di tingkat petani sudah lebih dari Rp7.000/kg,” kata dia. Salah satu petani di Jatisrono, Maryono, mengatakan mayoritas petani di Jatisrono membiarkan lahan sawah mereka tidak berproduksi saat kemarau seperti sekarang ini.

Mereka enggan berspekulasi dengan menanam padi pada saat kemarau karena rawan gagal panen. “Jadi lahannya ya dibiarkan begitu saja, tunggu sampai penghujan. Tetapi kalau saya mulai beralih ke tanaman hortikultura seperti bawang merah, terung, dan lainnya. Itu relatif sedikit butuh air dibandingkan padi,” ujar dia.

Petani Takut Berspekulasi

Petani di Mojopuro, Wuryantoro, Surono, mengatakan lahan sawah padi di Mojopuro bergantung pada air dari saluran irigasi Waduk Parangjoho. Sudah sejak beberapa bulan lalu waduk itu mengering.

Selain itu informasi yang dia dapatkan ada kerusakan bendungan di waduk tersebut sehingga penyaluran air ke saluran irigasi terhambat.

“Jadi waktu musim tanam kemarin, banyak sawah yang sudah kurang air padahal belum waktunya panen. Hasilnya panennya juga berkurang kualitasnya. Selain itu, banyak petani yang tidak bisa menanam sorgum setelah panen padi. Karena lahannya sudah terlanjur kering dan mengeras,” ucap Surono.

Ketua Tani Nelayan Andalan (KTNA) Wonogiri, Dwi Sartono, menyampaikan kebanyakan petani di Wonogiri lebih memilih membiarkan lahan pertanian mereka tidak berproduksi selama kemarau.

Hal itu sangat disayangkan karena lahan sawah padi pada saat kemarau sebenarnya masih bisa ditanami tanaman lain, terutama hortikultura.

“Sebenarnya saat kemarau begini pun, petani masih bisa tanam padi. Sebab rerata dari mereka sudah punya sumur dalam di sawah. Hanya memang mereka takut berspekulasi. Padahal kalau itu dilakukan, untungnya lumayan. Harga gabah saat kemarau pasti naik karena barangnya langka. Yang tanam sedikit,” ucap dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dispertan Pangan Wonogiri, Niken Kuntarti, menyampaikan data produksi gabah kering giling (GKG) sampai Juli 2023 di Wonogiri sebanyak 330.232 ton.



Dari angka itu, dia memperkirakan GKG yang keluar dari Wonogiri sebanyak 171.023 ton. Dengan begitu ketersediaan GKG di Wonogiri sampai Juli 2023 sebanyak 93.725 ton atau setara 93.725 ton.

“Kebutuhan konsumsi beras di Wonogiri sampai dengan Juli 2023 sebanyak 58.101 ton. Kami masih surplus 35.624 ton. Beras sebanyak itu masih mencukupi sampai November 2023. Setiap tahun, di Wonogiri pun produksi berasnya surplus,” jelas Niken.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya