SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memetik daun tembakau menandai pembukaan Festival Tungguk Tembakau di di Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali, Kamis (3/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Luas tanam tembakau di Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali, pada tahun ini, jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Para petani disebut ragu menanam tembakau tahun ini, salah satunya karena pada tahun lalu harga jualnya kurang bagus.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Desa (Kades) Senden, Sularsih, saat ditemui wartawan di sela-sela Festival Tungguk Tembakau yang dibuka oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di desa tersebut, Kamis (3/8/2023). Festival ini sebagai ungkapan rasa syukur petani atas hasil tembakau tahun ini.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sularsih menyebutkan total area lahan tembakau di desanya tahun ini seluas 325 hektare. “Dibanding tahun kemarin menurun banget karena kemarin kan hujannya lama. Akhirnya masyarakat ragu untuk nandur [menanam] tembakau. Harganya kemarin juga kurang bagus, akhirnya masyarakat lemah untuk menanam tembakau,” kata dia.

Ia menjelaskan masyarakat Desa Senden, Selo, Boyolali, lebih memilih menanam sayur dan jumlah tanaman tembakau dikurangi, bahkan ada yang terlambat menanam. “Akhirnya juga tidak ada hujan, kemudian tembakau berkurang. Turunnya hampir 20 persen. Kalau harganya belum ada standar karena belum rajang,” kata dia.

Namun, ia menjelaskan tengkulak sudah mulai mengambil daun basah dengan harga Rp8.000-Rp9.000 per kilogram dan daun tembakau kering seharga Rp25.000-Rp30.000 per kilogram. “Itu harganya segitu karena barangnya yang kurang,” kata dia.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam acara tersebut mengungkapkan telah meminta pabrik rokok agar meningkatkan pembelian tembakau langsung ke para petani.

Pabrik Rokok Diminta Prioritaskan Tembakau Jateng

“Memang setelah cukai naik, pabrikan ini agak ngerem sehingga kapasitas pengadaannya mungkin tidak akan banyak. Maka saya sampaikan, karena dulu ada impornya juga, tolong dong, yang milik petani ini diprioritaskan,” kata dia.

Ia mengatakan banyak tembakau asal Jawa Tengah seperti Temanggung, Boyolali, Magelang, dan Klaten banyak yang bagus sehingga ia meminta agar bisa diprioritaskan. Ganjar mengungkapkan kedatangannya ke Senden, Selo, Boyolali adalah untuk Festival Tungguk Tembakau.

Menurutnya, kegiatan tersebut adalah cara warga mensyukuri hasil panen. Selain itu, ada tumpengan juga yang intinya untuk berbagi rezeki. “Maka kami harapkan nanti panennya berhasil, terus rezeki banyak, dan bisa berbagi dengan masyarakat. Ini cuacanya cukup bagus. Kemarin di Temanggung juga seperti ini,” kata dia.

Lebih lanjut, Ganjar mengatakan Festival Tungguk Tembakau yang menjadi prosesi budaya setiap masa panen memperlihatkan gotong royong warga dalam menikmati hasil panen. “Namun demikian, tugas pemerintah untuk mendorong, membantu, agar panennya ini dibeli dan kemudian hasilnya bagus, kesejahteraan meningkat,” kata dia.

Ia mengungkapkan rata-rata dalam sejarah pertembakauan di Jawa Tengah, petani yang menanam tembakau memiliki kehidupan yang lebih makmur. “Tapi hari ini mulai menurun karena kebijakan-kebijakan yang muncul. Mari kita perhatikan para petani, khususnya seperti yang ada di hari ini,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya