Soloraya
Rabu, 17 Januari 2024 - 20:24 WIB

Lulusan SMK Justru Sumbang Pengangguran Terbanyak di Wonogiri, Ini Penyebabnya

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengangguran. (Dok Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Wonogiri paling banyak disumbang para lulusan SMK yang sedianya disiapkan untuk langsung terserap dunia. Hal itu dimungkinkan terjadi karena jurusan yang ada di SMK dipandang tidak lagi relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Akibatnya banyak lulusan yang tidak terserap dunia kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri yang dipublikasikan dalam Berita Resmi Statistik Keadaan Ketenagakerjaan Wonogiri 2023 mencatat jumlah angkatan kerja di Wonogiri sebanyak 713.252 orang atau bertambah 123.671 orang dibanding 2022.

Advertisement

Dari jumlah itu, sebanyak 13.730 atau 1,92% menjadi pengangguran terbuka. TPT di Wonogiri ini disebut paling rendah di Jawa Tengah. Lulusan SMK tercatat paling banyak menyumbang pengangguran terbuka yaitu 5,83% atau setara 800 orang.

Lulusan SMP menjadi penyumbang pengangguran tertinggi kedua yaitu sebanyak 300 orang atau 2,19%. Disusul lulusan SMA yang menyumbang pengangguran sebanyak 221 orang atau 1,61%.

Advertisement

Lulusan SMP menjadi penyumbang pengangguran tertinggi kedua yaitu sebanyak 300 orang atau 2,19%. Disusul lulusan SMA yang menyumbang pengangguran sebanyak 221 orang atau 1,61%.

Sebagai informasi, jumlah SMK di Wonogiri baik swasta maupun negeri ada 45 sekolah. Sedangkan jumlah SMA sebanyak 21 sekolah. Lulusan SMK hampir dua kali lipat dibanding lulusan SMA setiap tahunnya.

Kepala Bidang Pelatihan Produktivitas Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Wonogiri, Joko Pramono, mengatakan setiap tahun lulusan SMK di Wonogiri mencapai sekitar 7.000 orang.

Advertisement

Jurusan SMK Tak Lagi Relevan

Joko menyampaikan ada beberapa penyebab lulusan sekolah kejuruan itu tidak terserap di dunia kerja. Dia menilai beberapa jurusan di SMK kurang atau tidak lagi relevan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini.

Ia mencontohkan jurusan Akuntansi dan Administrasi Perkantoran. Lulusan dari jurusan itu kalah saing dengan lulusan sarjana pada jurusan yang sama. Perusahaan saat ini lebih melirik para lulusan sarjana di bidang tersebut karena dinilai lebih kompeten.

”Lah ini yang menjadi kendala. Beberapa jurusan itu tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. Apalagi sekarang serbadigital, orang banyak membutuhkan kreator konten,” kata Joko saat dihubungi Solopos.com, Rabu (17/1/2024).

Advertisement

Dia melanjutkan meski lulusan SMK disiapkan untuk terjun langsung di dunia kerja, banyak siswa yang belum memiliki rencana ketika mereka lulus. Mereka tidak tahu mau bekerja di bidang atau sektor apa.

Berdasarkan pengamatan dia di lapangan, perilaku para siswa SMK itu pun masih banyak yang belum siap terserap pasar kerja. Menurutnya, soft skills siswa SMK belum banyak terlatih.

Di sisi lain, sambung Joko, siswa SMK yang baru lulus masih suka memilih-milih pekerjaan. Beberapa dari mereka lebih memilih menunda bekerja untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan.

Advertisement

Hal itu bisa terjadi karena mereka merasa belum memiliki cukup beban ekonomi. Kebutuhan hidup mereka juga relatif belum banyak.

Kurangnya Soft Skill

”Selain keahlian teknikal sesuai jurusan mereka, soft skills ini juga dibutuhkan perusahaan, misal bagaimana cara mereka berperilaku dalam dunia kerja, dan lainnya. Nah ini yang kami rasa masih kurang ada pada mereka,” ujar dia.

Joko menyampaikan Pemkab Wonogiri sudah berupaya agar para lulusan SMK yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi bisa segera terserap kerja. Sejak 2021, Pemkab Wonogiri telah mengaplikasikan Work Readiness Program (WRP) di sejumlah sekolah.

Program itu melibatkan siswa, guru, sampai komite sekolah yang bertujuan untuk menyiapkan lulusan SMK langsung bisa bekerja di perusahaan. Dalam program itu, siswa SMK dilatih soft skills dan dipertemukan dengan para human resource development (HRD) perusahaan-perusahaan.

Mereka diajari bagaimana ekosistem dalam dunia kerja, termasuk bagaimana tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan. ”Program itu ada semacam bootcamp bagi siswa. Tetapi ini belum diterapkan di semua SMK, melainkan baru di enam SMK di Wonogiri karena terkendala anggaran,” ungkapnya.

Kepala BPS Wonogiri, Rahmad Iswanto, menerangkan pengangguran yang berasal dari SMK yang tercatat pada 2023 itu kebanyakan fresh graduate. Fenomena lulusan SMK menyumbang pengangguran yang tinggi ini tidak terjadi di Wonogiri saja, melainkan di banyak daerah lain.

Menurut dia, mereka paling banyak menyumbang pengangguran justru karena spesifikasi keahlian yang mereka miliki. Ketika mencari pekerjaan, para lulusan SMK ini pasti mencari lowongan pekerjaan yang spesifik di bidang mereka. Hal itu berbeda dengan lulusan SMA yang lebih fleksibel dalam mencari lowongan pekerjaan.

“Setelah siswa SMK lulus, ada jeda yang cukup panjang bagi mereka mendapatkan pekerjaan. Itu karena mereka mencari lowongan pekerjaan yang spesifik sesuai jurusan,” kata Rahmad.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif