Soloraya
Minggu, 21 Januari 2024 - 19:51 WIB

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak di Wonogiri, Ini Saran Disdik Jateng

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi lulusan SMA/SMK. (Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRI — SMK di Wonogiri bisa menutup atau mengganti jurusan yang dipandang tak lagi relevan dengan kebutuhan lapangan kerja. Hal itu agar lulusan SMK tidak kesulitan dalam penyerapan tenaga kerja di industri.

Saran tersebut disampaikan Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan VI Jawa Tengah, Sunarno, menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut lulusan SMK menyumbang jumlah pengangguran terbanyak di Wonogiri.

Advertisement

Sunarno menyampaikan ada beberapa tantangan yang dihadapi SMK dalam menyiapkan lulusannya agar bisa segera terserap ke pasar kerja. Salah satu tantangan itu adalah jurusan di SMK tidak lagi relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Akibatnya, para lulusan itu kesulitan mendapatkan kerja. Kalau pun mereka mendapatkan pekerjaan, butuh waktu lama dan ada juga yang terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai keahlian yang didapatkan di sekolah.

Dia mencontohkan sejumlah jurusan yang saat ini kurang relevan itu antara lain Administrasi Perkantoran, Akuntansi, dan Tata Usaha dan Administrasi. Meski mereka cukup ahli, banyak perusahaan yang lebih memilih lulusan sarjana dari jurusan yang sama.

Advertisement

Menurutnya, hal itu tidak hanya terjadi di Wonogiri, melainkan juga di daerah lain. Sunarno menyebutkan SMK yang memiliki jurusan-jurusan yang dinilai tidak lagi relevan berdasarkan serapan tenaga kerjanya bisa menutup atau mengganti dengan jurusan lain.

“Kami bahkan mendorong untuk itu. Tidak apa-apa SMK menutup jurusan-jurusan yang sudah tidak relevan itu. Itu bisa dilakukan, sekolah tinggal mengajukan ke kami,” kata Sunarno kepada Solopos.com, Minggu (21/1/2024).

PR Melahirkan Inovasi

Hanya, lanjut dia, sekolah pasti mempertimbangkan banyak hal ketika akan menutup atau mengganti jurusan tersebut. Sekolah tidak mungkin serta merta mengeluarkan guru yang mengampu jurusan itu karena menutup atau mengganti dengan jurusan lain.

Advertisement

Belum lagi, sekolah harus mencari guru yang kompeten ketika membuat jurusan baru. Sunarno mengakui saat ini Disdikbud Jawa Tengah memiliki pekerjaan rumah agar SMK bisa melahirkan inovasi. Dengan begitu, lulusan SMK yang sedianya memang disiapkan untuk bisa langsung bekerja, tidak harus menganggur lama.

Tetapi dia juga menegaskan banyaknya lulusan SMK yang terekam dalam angka pengangguran di Wonogiri, dan daerah lain seperti Sragen, tidak berarti SMK telah gagal melahirkan lulusan yang baik.

Pada kenyataannya, jumlah SMK di Wonogiri dua kali lipat dibanding jumlah SMA. Hal itu menjadi alasan lulusan SMK turut menyumbang cukup banyak angka pengangguran.

Selain itu, menurutnya, banyak pula lulusan SMK yang memang tidak bisa langsung bekerja karena mereka belum cukup umur. Mereka harus menunggu beberapa lama sampai cukup umur agar bisa mengikuti rekrutmen di perusahaan.

Sebelumnya, BPS Wonogiri mendata jumlah angkatan kerja di Wonogiri pada 2023 sebanyak 713.252 orang atau bertambah 123.671 orang dibanding 2022. Dari jumlah itu, 13.730 orang atau 1,92% di antaranya menjadi pengangguran terbuka.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Wonogiri sebenarnya merupakan yang paling rendah di Jawa Tengah. Di sisi lain, lulusan SMK tercatat paling banyak menyumbang pengangguran terbuka yaitu 5,83% atau setara 800 orang.

Lulusan SMP menjadi penyumbang pengangguran tertinggi kedua yaitu sebanyak 300 orang atau 2,19%. Disusul lulusan SMA yang menyumbang pengangguran sebanyak 221 orang atau 1,61%.

Pengakuan Siswa SMK

Sebagai informasi, jumlah SMK di Wonogiri baik swasta maupun negeri sebanyak 45 sekolah. Sedangkan jumlah SMA ada 21 sekolah. Lulusan SMK hampir dua kali lipat dibanding lulusan SMA setiap tahun.

Wakil Kepala Sekolah SMKN 1 Wonogiri, Hari Setyawan, tidak memungkiri ada beberapa jurusan yang sebenarnya kurang relevan dengan kebutuhan lapangan kerja.

Dia mencontohkan lulusan SMK jurusan Akuntansi dan Administrasi perkantoran saat ini kurang dibutuhkan perusahaan-perusahaan karena perusahaan lebih memilih lulusan sarjana atau diploma pada jurusan yang sama.

Kendati demikian, tidak berarti para lulusan jurusan itu tidak mendapatkan pekerjaan. Mereka biasanya tetap bekerja di perusahaan-perubahan padat karya sebagai tenaga administrasi atau di perusahaan retail.

Kendala lain, lanjut Hari, ada beberapa kasus para lulusan SMK pada umumnya itu tidak tahan dengan iklim dunia kerja. Mereka kadang lebih memilih keluar dari suatu perusahaan atau industri misal hanya gegara diperingatkan atasan.

Salah satu siswi SMK di Wonogiri, Alvia Putri, mengaku belum tahu akan bekerja di mana dan sebagai apa. Siswi jurusan Administrasi Perkantoran itu mengaku masih bingung.

Menurutnya, banyak alumni jurusannya yang bekerja di perusahaan dengan posisi tidak sesuai keahlian yang dipelajari di sekolah. Beberapa dari mereka bekerja di sektor retail atau restoran

”Kami susah dapat kerja kalau kukuh cari lowongan yang sesuai jurusan sekolah kami. Saingannya sama lulusan sarjana. Pabrik-pabrik di Wonogiri saja, yang kebanyakan produsen tekstil, mensyaratkan lulusan sarjana untuk lowongan yang membutuhkan keahlian Administrasi Perkantoran,” kata Putri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif