Soloraya
Minggu, 4 September 2022 - 14:30 WIB

Lupakan Gawai, Puluhan Bocah di Jimbar Wonogiri Pilih Belajar ke Sanggar

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sanggar Belajar Grapyak Semanak yang berada di Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil belum lama ini. (Istimewa/Pemdes Jimbar)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejak didirikan pada 2015, Sanggar Belajar Grapyak Semanak di Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, masih eksis hingga sekarang. Sanggar itu didirikan untuk mewadahi anak usia sekolah di desa setempat agar dapat belajar bersama.

Kepala Desa (Kades) Jimbar, Sutrisno, mengatakan, pendirian Sanggar Belajar Grapyak Semanak berawal dari keresahan dirinya atas dampak negatif penggunaan gawai. Guna membatasi penggunaan gawai, ia membentuk regulasi soal jam wajib belajar.

Advertisement

Setiap keluarga diminta menonaktifkan gawai dan televisi, mulai dari pukul 17.30 WIB-19.30 WIB. Selama dua jam, warga diminta menghabiskan waktu berkomunikasi dengan keluarganya dan membimbing anak agar belajar. Aturan itu sudah digagas sejak 2014 namun baru diatur melalui Peraturan Desa (Perdes) pada 2019.

Selang setahun berjalan, 2015, Sutrisno berkeinginan membangun sanggar belajar.

Advertisement

Selang setahun berjalan, 2015, Sutrisno berkeinginan membangun sanggar belajar.

“Keresahannya, ada regulasi soal jam wajib belajar tapi kok enggak ada fasilitasi dari kami. Akhirnya kami membuat terobosan dengan melibatkan corporate social responsibility (CSR). Pendirian bangunan sanggarnya dari PLN, perangkat gamelannya dari Pertamina,” ujarnya kepada Solopos.com, Jumat (2/9/2022).

Baca Juga: Murah Banget! Belajar Tari di Dalem Pasinaon Wonogiri Cuma Rp3.000

Advertisement

Seusai berdiri, sanggar itu dipergunakan untuk bimbingan belajar anak sekolah. Pembimbingannya melibatkan sukarelawan.

“Mereka memberi bimbingan dan mengajari anak-anaknya,” imbuhnya.

Salah satu sukarelawan sekaligus koordinator pembimbing Sanggar Belajar Grapyak Semanak, Nur Sita Febriana, mengatakan, pada awalnya anak yang aktif belajar di sanggar berasal dari kalangan SD, SMP, dan SMA. Kini yang bertahan hanya dari kalangan SD.

Advertisement

Baca Juga: Mengenal Sanggar Tari Tunjungbiru, Perawat Seni Tari di Wonogiri

Ia ditunjuk Kades Jimbar sebagai koordinator sanggar. Setelah itu, ia merekrut sukarelawan lain, dari kalangan mahasiswa atau lulusan SMA.

“Yang agak dewasa, dulu banyak yang jadi pembimbing, sekarang tersisa tiga orang. Sedangkan yang aktif belajar di sanggar ada 20-an anak,” kata perempuan yang akrab disapa Febri.

Advertisement

Selain menjadi pembimbing, Febri merupakan seorang guru kelas di SDN 2 Jimbar. Ia mengaku tak pernah mengeluh selama menjadi pembimbing di sanggar. Baginya, hal itu ibarat panggilan jiwa.

“Saya senang mengajar juga soalnya, jadi cocok. Awalnya tidak mengharap fee, saya pure ingin jadi pembimbing,” ucapnya.

Baca juga: Sanggar Panguripan, Wadah Difabel Wonogiri Mencapai Kemandirian Ekonomi

Aktivitas Febri dan pembimbing lainnya di Sanggar Belajar Grapyak Semanak dilakukan sepekan sekali, setiap Kamis atau Jumat sore. Pembimbingan yang mereka lakukan berupa mendampingi anak-anak dalam mengerjakan tugas sekolah.

Saat anak-anak tak mendapat tugas dari sekolah, ia mengisi waktu bimbingan dengan materi sekolah.

“Sekarang yang masih aktif di sanggar ada 20-an anak. Efeknya, ya mungkin tambah rajin, lebih mudeng [mengerti] pelajaran di sekolahnya,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif