SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Klaten (Espos)–Persaingan bisnis lurik di Klaten telah membuat resah sejumlah pengrajin lurik lokal. Penyebabnya, produk lurik dari Jepara dan Pekalongan yang membanjir di Klaten dijual dengan harga miring yakni Rp 15.000/ meter.

Pelaku bisnis lurik asal Desa Kepoh, Delanggu, Sandiyo menjelaskan, kelemahan pengrajin lurik lokal Klaten ialah karena masih banyak yang belum paham aneka jenis kain lurik dan sekian varian bahannya. Di sisi lain, juga dipengaruhi banyaknya pembeli yang tak mengerti aneka jenis lurik berkualitas dengan yang tidak. Akibatnya, ketika lurik asal Pekalongan dan Jepara membanjir dengan harga murah maka banyak pelaku bisnis lurik sekaligus pembeli yang tergoda.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Saat ini, orang ngertinya kain lurik ya seperti itu. Sehingga, ketika ada instruksi pemakaian kain lurik oleh Gubernur, banyak yang membeli lurik dengan harga miring,” jelasnya ketika ditemui Espos di kediamannya, Sabtu (22/1).

Selama ini, kata Sandiyo, pengrajin lurik Klaten tetap konsisten dengan lurik berbahan katun 100%. Risikonya, harga lurik juga tak serendah dengan lurik produk Jepara dan Pekalongan yang berbahan campuran. Pelaku bisnis lurik lainnya asal Cawas, Miss Shobach mengakui bahwa selain murah, lurik Jepara juga memiliki kombinasi warna lebih menarik dan terkesan elit. “Saya sebenarnya kasihan. Di saat pengrajin Klaten mulai bersemangat, kini justru kalah bersaing dengan lurik Jepara,” paparnya.

Shobach mengaku sudah berupaya bersaing dengan lurik Jepara dengan berbagai inovasi, namun selalu gagal. Sebab, konsumen selalu mendapatkan produk murah yang dipasok dari Jepara dan Pekalongan.

asa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya