Soloraya
Kamis, 17 Februari 2022 - 01:22 WIB

Mahal, Pedagang Kedelai di Banjarsari Solo Sebut Penjualan Turun 50%

Ika Yuniati  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai. (Antara)

Solopos.com, SOLO — Harga kedelai impor yang mahal dalam sebulan terakhir membuat pedagang kedelai di Solo ikut terdampak. Penjualan mereka turun drastis, bahkan sampai 50% dari sebelum harga naik.

Berdasarkan data dari distributor di kawasan Pasar Legi, Banjarsari, Solo, harga kedelai terus naik dari awalnya Rp9.000/kilogram (kg) menjadi Rp10.850/kg, Rabu (16/2/2022). Salah satu pegawai di CV Sari Bumi, Banjarsari, Solo, Erin Yuliani, mengatakan pekan lalu harga kedelai masih Rp10.500 per kg.

Advertisement

Baca Juga: Waduh! Produksi Tahu di Solo Terancam Mandek Gegara Harga Kedelai Naik

Namun dua hari terakhir mulai naik hingga Rp10.850 per kg. “Naik sudah beberapa hari ini. Tapi sebenarnya tiap hari naik sejak beberapa bulan, sedikit-sedikit. Kurang tahu penyebabnya apa, dari gudangnya di Semarang juga sudah naik,” kata Erin, Rabu.

Kondisi harga kedelai yang mahal itu, kata Erin, menyebabkan penjualan di tokonya di wilayah Banjarsari, Solo, turun. Pada waktu normal Erin mengatakan bisa menjual sebanyak dua ton per hari.

Advertisement

Baca Juga: Harga Kedelai Tembus Rp11.000, 40% Pengrajin Tahu Tempe di Jateng Kolaps

Penjualan Tahu Juga Turun

Sementara sepekan terakhir hanya mampu menjual satu ton per hari. Artinya ada penurunan hingga 50%. Pembelinya merupakan pedagang kedelai eceran maupun perajin tahu dan tempe di sekitar Solo. “Biasanya beli 9 ton untuk dua atau tiga hari. Ini 9 ton, seminggu [sepekan] belum juga habis,” kata Erin.

Harga kedelai yang mahal juga dirasakan perajin tempe dan tahu asal Mojosongo, Solo, Ratno, 60. Sebulan terakhir Ratno hanya mampu memproduksi 40 kilogram kedelai atau empat tong tahu. Padahal biasanya mampu mengolah 80 kilogram kedelai dengan hasil produksi delapan tong tahu.

Advertisement

Baca Juga: Balada Perajin Tahu Karanganyar di Tengah Kenaikan Harga Kedelai

Ratno mengaku tak begitu paham kenapa penjualan tahu otomatis ikut menurun. Padahal ia sama sekali tak menaikkan harga jual. Ia mengakali kenaikan dengan mengurangi ukuran tahu.

Satu cetakan yang biasanya menghasilkan 21 potong tahu, dinaikkan menjadi 22 potong. “Penjualan sepi, harga mahal. Saya juga susah kalau naikkan harga. Ya dikurangi ukurannya, ini,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif