SOLOPOS.COM - Candi Sewu (kemdikbud.go.id)

Solopos.com, KLATEN — Kabupaten Klaten yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selain memiliki banyak sumber mata air atau umbul sebagai objek wisata juga memiliki berbagai peninggalan sejarah berupa bangunan candi.

Candi adalah bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat peribadatan atau mengadakan upacara keagamaan. Selain itu candi juga dapat digunakan sebagai lokasi permakaman seorang penguasa atau tokoh penting.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Candi-candi di Jawa, termasuk di Klaten, biasanya dibedakan berdasarkan coraknya yaitu candi dengan corak agama Hindu dan candi dengan corak agama Buddha.

Sekilas, di mata orang awam, candi dengan corak Hindu dan Buddha terlihat sama saja. Namun, jika diamati secara cermat, corak candi-candi ini memiliki ciri-ciri yang membedakannya.

Dilansir laman kemdikbud.go.id, candi bercorak Hindu dan Buddha memiliki struktur bangunan yang sama namun tetap memiliki perbedaan. Beberapa persamaan pada candi Hindu dan Buddha dapat dilihat dari beberapa ragam hias pada setiap bagian candi.

Ragam hias tersebut terdiri atas pelipit candi, relief hias ornamental, ujung pada pipi tangga, antefiks, dan bahan dasar batu candi. Sementara perbedaan dari dua corak candi itu yang dapat dilihat dengan jelas adalah apakah memiliki stupa atau amalaka.

Stupa merupakan ciri pada candi bercorak agama Buddha, sedangkan ratna atau amalaka merupakan ciri candi bercorak Hindu. Selain stupa dan amalaka, terdapat perbedaan lain yaitu penyebutan bagian candi.

Pada candi bercorak agama Hindu, tingkatan-tingkatan candi (kaki, tubuh, dan atap candi) disebut dengan istilah Bhurloka, Bhuvarloka, dan Svarloka.

Beda Pola Kompleks Percandian

Sedangkan pada candi dengan corak agama Buddha, ketiga tingkatan itu disebut dengan istilah Kamadhathu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Perbedaan berikutnya terletak pada pola kompleks percandian.

Pada candi-candi Hindu, terutama Hindu-Siva, pola yang terlihat adalah satu candi induk dengan tiga candi perwara di depannya. Pada candi induk terdapat arca-arca seperti Mahakala dan Nandiswara di kanan dan kiri pintu masuk sebagai arca penjaga.

Kemudian terdapat arca Durga Mahisasuramardini di sisi utara candi, Arca Agastya di sisi selatan candi dan arca Ganesha di sisi timur atau barat candi, tergantung arah hadap candi itu sendiri.

Di dalam bilik candi terdapat lingga dan yoni yang merupakan perwujudan Siwa dan Parwati. Di sisi lain, candi-candi agama Buddha memiliki pola berupa candi induk dengan banyak candi perwara di sekelilingnya.

Biasanya terdapat sebuah relung yang dapat digunakan melihat ke dalam bilik candi. Arca-arca pada candi Buddha tidak menentu, namun pasti merupakan arca dari dewa-dewa Buddha.

Relief pada candi Hindu biasanya menceritakan tentang kisah-kisah dari agama Hindu seperti Garudeya, Ramayana, Mahabarata, Tantrikamandaka, dan lainnya. Sedangkan relief candi bercorak Buddha menceritakan kisah-kisah dari agama Buddha seperti Jataka, Lalitavistara, dan yang lainnya.

Berdasarkan catatan Solopos.com, candi paling terkenal di Klaten, yakni Candi Prambanan yang bercorak Hindu dan tercatat sebagai candi Hindu terbesar di Indonesia.

Candi-Candi di Klaten

Candi Prambanan dibangun abad ke-9 Masehi dan sudah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Candi Prambanan dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu, yaitu Dewa Brahma sebagai dewa pencipta, Dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai dewa pemusnah.

Masih di kompleks Candi Prambanan ada Candi Sewu dan Candi Lumbung. Berbeda dengan Candi Prambanan yang bercorak Hindu, Candi Sewu bercorak Buddha dan menjadi yang terbesar kedua di Jawa Tengah. Candi Sewu dibangun pada abad ke-8 Masehi.

Tak jauh dari Candi Sewu terdapat juga Candi Gana yang sebelumnya disebut Candi Asu. Nama Candi Asu berubah menjadi Candi Gana karena ditemukan hiasan gana atau orang kerdil. Candi ini bercorak Buddha.

Candi Lumbung juga bercorak Buddha dan diperkirakan dibangun sekitar abad ke-9 sampai abad ke-10 saat masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno.

Di Klaten juga terdapat Candi Plaosan di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan. Lokasinya berjarak kurang lebih 1,5 km ke arah timur dari Candi Sewu.

Candi Plaosan yang merupakan candi Buddha oleh para ahli diperkirakan dibangun pada awal abad ke-9 Masehi. Selain itu, ada Candi Bubrah, Candi Sojiwan, dan Candi Merak.

Candi Bubrah bercorak Buddha dan berlokasi di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten. Candi Sojiwan yang berlokasi di Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, dan merupakan salah satu Candi Buddha yang diperkirakan dibangun pada abad ke-9 hingga ke-10.

Sedangkan Candi Merak berlokasi di Dukuh Candi Merak, Desa Karanganom, Kecamatan Karangnongko. Candi menjadi tempat peribadatan umat Hindu dan diperkirakan dibangun pada abad ke-9 hingga ke-10 Masehi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya