SOLOPOS.COM - Pimpinan Yayasan Majlis Tafsir Al quran (MTA) Pusat Ustaz Nur Kholid Syaifullah (tengah) memberikan sambutan saat Silaturahmi Nasional (Silatnas) IV Majelis Tafsir Al Quran di Stadion Manahan, Solo, Minggu (24/9/2023). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO– Pimpinan Pusat Majlis Tafsir Al-Qur’an atau MTA telah mengukuhkan pengurus 155 cabang/perwakilan baru pada Silaturahmi Nasional atau Silatnas IV MTA di Stadion Manahan, Solo, Minggu (24/9/2023).

Silatnas itu dihadiri sejumlah pejabat antara lain, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki, Bupati Karanganyar Juliyatmono, Ketua DPRD Jateng Sumanto, dan Pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin Kabupaten Sukoharjo Abu Bakar Ba’asyir.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Wakil Menteri Agama mewakili Presiden Jokowi. Sementara Wali Kota Solo Gibran Rakabuming tak hadir, namun diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Solo Tamso.

Ada sekitar 55.000 anggota MTA yang menghadiri Silatnas IV MTA di Stadion Manahan. Mereka memenuhi tribun maupun kawasan Stadion  Manahan. Penyelenggara menyiapkan tenda khusus serta layar besar bagi para anggota MTA.

Pimpinan Pusat MTA, Ustaz Nur Kholid Syaifullah, mengatakan MTA telah memiliki memiliki 759 cabang dan perwakilan di seluruh Indonesia. MTA yang semakin besar membuat para pengurusnya harus berhati-hati.

“Amanah dari Allah pasti akan dimintai pertanggungjawaban karena biar bagaimanapun menyebarluaskan Al-Qu’ran dan Sunnah merupakan kewajiban bagi setiap muslim di manapun berada. Tidak ada alasan apapun bagi orang yang mengaku beragama Islam, tetapi enggan atau malas-malasan untuk mengajak manusia kembali kepada pedoman hidup yang abadi,” jelas dia.

Kholid mengatakan dakwah MTA tidak boleh berubah sejak awal sampai sekarang atau sampai hari kiamat. MTA didirikan dengan metode dakwah dengan menyebarluaskan isi ayat suci. Tak hanya dari mimbar ke mimbar, namun mengamalkannya.

Selain itu, kata Kholid, para pengurus bertugas untuk tujuan dunia akhirat. Para pengurus tidak mendapatkan gaji dari MTA, namun bekerja dengan keikhlasan dan penuh ketawakalan kepada Tuhan.

“Semua pengurus MTA dari pusat sampai cabang tidak ada yang digaji oleh Majlis,” jelas dia.

Menurut dia, MTA merupakan ormas dengan kepemimpinan terpusat. Para pengurus cabang tidak boleh mengambil kebijakan tanpa melibatkan pengurus pusat.

“Para pengurus tidak boleh menjadi raja-raja kecil di wilayahnya. Sangat dilarang keras dan tidak diperkenankan pula mengambil kebijakan mengambil langkah yang tidak sesuai dengan kebijakan dan langkah yang ada di pusat karena ini untuk kebersamaan yang terukur dan itu sudah ditanamkan diberikan pendidikan dan pengajarannya sejak oleh pendiri majelis Ustaz Abdullah Thufail Saputra dan Ustaz Ahmad Sukina,” papar dia.

Menurut dia, para pengurus diwajibkan melanjutkan fondasi yang telah dibangun Ustaz Abdullah maupun Ustaz Sukina. Apabila belum bisa mengembangkan lebih maju, para pengurus diminta menjaga dan tidak membelokkan cita-cita para pendiri.

Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki mengatakan Indonesia adalah kiblat peradaban Islam karena banyak lahir ulama yang pemikirannya mencerahkan. Indonesia terus merawat keberagaman meskipun banyak negara yang terjerumus konflik.

“Wajar jika banyak negara kini melirik Indonesia sebagai salah satu keberagaman yang Islami. Sejatinya pemerintah dan MTA pergi kesamaan cita-cita untuk persatuan umat demi keutuhan NKRI,” jelas dia.

Menurut dia, persatuan tidak akan tercapai tanpa adanya dukungan semua pihak, antara lain ormas Islam. MTA memiliki peran dalam membantu pemerintah.

“Pesan moderasi beragama sangat relevan dan krusial. Moderasi beragama mengingatkan kami untuk menjaga kedamaian toleransi dan sikap hormat terhadap pandangan orang lain,” papar dia.

Dia mengatakan dalam situasi politik, beragama dengan moderasi berarti tidak boleh menggunakan agama sebagai alat untuk memecah belah atau merendahkan orang lain. Namun menjunjung tinggi nilai-nilai agama sambil menghormati orang lain.

Menurut dia, pesan modernisasi agama bisa disampaikan menjelang pesta politik tahun depan. Momentum Silatnas IV MTA menjadi momentum untuk syiar Indonesia yang lebih ramah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya