Solopos.com)--Kompleks makam salah satu pahlawan nasional asal Boyolali, Prof dr Soeharso terletak jauh di pemukiman warga tepatnya di Dukuh Seboto, Desa Seboto, Kecamatan Ampel.
Memasuki pemakaman sang ahli bedah kebanggaan Indonesia itu, pengunjung harus melewati jalan yang telah mengelupas aspalnya.
Tepat di ujung jalan itu, sebuah makam sangat sederhana itulah menjadi peristirahatan terakhir bagi dokter yang meninggal dunia pada 27
Februari 1971 itu.
Tepat di ujung jalan itu, sebuah makam sangat sederhana itulah menjadi peristirahatan terakhir bagi dokter yang meninggal dunia pada 27
Februari 1971 itu.
Bergelar sebagai pahlawan nasional tidak lantas membuat pemakamannya diistimewakan. Bahkan, ketika 10 November yang diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, tidak penghormatan istimewa baginya setiap tahunnya.
“Masyarakat sekitar yang bergotong-royong membangun dan memperbaiki makam. Warga setempat hanya tahu almarhum itu orang besar, pahlawan,” ujar sang juru kunci, Parjan saat ditemui wartawan di rumahnya, Rabu (9/11/2011).
“Dulu banyak mantan pasien dokter yang berziarah kemari. Mereka umumnya cacat karena kehilangan kaki ataupun tangan. Mereka sekadar mengucapkan terima kasih karena nyawanya telah diselamatkan,” katanya.
Selama 20 tahun menjaga makam sang dokter, Parjan tak begitu mengenal sosoknya. Namun, ia tahu betul sang pahlawan itu telah menyiapkan liang kuburnya sendiri jauh sebelum dia meninggal.
Soeharso juga yang menanam beringin di samping makam yang kini tumbuh begitu subur dan
lebat.
Warga sekitar pun hanya tahu sang ahli bedah itu dulu berasal dari Boyolali. Ia ingin dimakamkan di Seboto, Ampel dekat dengan orangtua serta saudara-saudaranya. Namun, hingga kini tidak diketahui cikal-bakal atau tempat pasti sang dokter tinggal dan dilahirkan.
Sedangkan, salah satu warga, Suwardi mengaku ikut bangga ada warga Boyolali menjadi pahlawan nasional. Menurutnya, pemerintah semoga lebih memerhatikan mereka yang berjasa bagi negara.
(Farida Trisnaningyas)