SOLOPOS.COM - Pengepul sekaligus penjual mete, Siswanto, mengupas mete menggunakan alat yang ia buat sendiri di rumahnya, Kelurahan Tanjungsari, Jatisrono, Wonogiri, Senin (10/4/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com Stories

Solopos.com, WONOGIRI — Kelurahan Tanjungsari dan Desa Gunungsari, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, sejak lama menjadi sentra perajin mete yang banyak diburu sebagai oleh-oleh khas Lebaran di Kota Sukses.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tak mengherankan jika aktivitas di dua desa/kelurahan itu jadi makin sibuk saat memasuki Ramadan dan menjelang Lebaran. Hampir tidak ada warga yang menganggur. Seluruh tenaga dikerahkan menjadi pengupas mete atau penjual.

Maklum, permintaan olahan makanan dari kacang mete meningkat pesat menjelang Lebaran. Para pengepul atau tengkulak membutuhkan tenaga untuk mengupas berton-ton mete agar siap jual.

Kepala Desa Gunungsari, Jatisrono, Wonogiri, Sudiyono, membenarkan hampir seluruh keluarga di desanya menjadi perajin mete saat momen Ramadan dan Lebaran seperti sekarang ini. Ada yang hanya menjadi buruh pengupas mete untuk tengkulak dan ada pula yang menjadi pengupas sekaligus penjual mete.

“Sejak awal Ramadan sampai Lebaran nanti, 70% rumah di sini sibuk mengupas mete. Mulai habis sahur sampai Asar. Satu rumah biasanya bisa mengupas mete sebanyak 50 kg/hari,” kata Sudiyono saat dihubungi Solopos.com, Selasa (11/4/2023).

Dia menjelaskan jumlah penduduk Desa Gunungsari sekitar 5.000 jiwa dan 50% di antaranya terlibat dalam industri mete, mulai dari perajin, pengepul, maupun penjual mete yang sudah matang. “Jadi mete itu bisa saya katakan menjadi penopang ekonomi warga Desa Gunungsari,” ujar dia.

Salah satu perajin mete di Jatisrono, Wonogiri, Sutar, mengaku sudah menjadi pengupas biji jambu mete selama puluhan tahun. Saat Ramadan seperti sekarang ini, dia bisa mengupas dan menjual sendiri mete tersebut. Tapi di luar momen itu, Sutar mengaku hanya sebagai buruh pengupas.

Upah Pengupas Mete

“Kalau di luar Bulan Puasa jadi penjual juga terlalu berisiko enggak laku. Kalau sekarang ini, saya berani beli sendiri, saya kupas, dan jual sendiri karena pasti laku,” kata Sutar.

Penjual makanan olahan mete di Kelurahan Tanjungsari, Andy Subagyo, mengatakan pada momen Ramadan dan Lebaran ini permintaan mete meningkat naik dua kali lipat dibandingkan hari atau bulan biasa. Begitu juga upah pengupas mete yang naik dari biasanya sekitar Rp35.000/10 kg mete basah menjadi Rp75.000/10 kg mete basah.

perajin mete wonogiri
Perajin mete mengambil mete basah untuk dikupas di gudang pengepul mete di Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Senin (10/4/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Kenaikan upah itu karena banyak permintaan mete sdangkan jumlah perajin di Wonogiri terbatas. Ia mengatakan dari 10 kg mete basah pada umumnya bisa diolah menjadi 2,5 kg mete kering. Penjualan mete Andy juga meningkat dua kali lipat.

Pada bulan biasa, dia menjual 3 ton mete kering dalam sebulan. Sedangkan saat Ramadan dan Lebaran, dia bisa menjual mete kering hingga enam ton sebulan.

Sementara itu, untuk mete yang sudah diolah dengan cara dioven dan diberi perasa, Andy bisa menjual hingga 1 ton/bulan pada hari biasa dan 2 ton/bulan pada momen Lebaran. Harga mete kering bervariasi mulai dari 105.000/kg-150.000/kg bergantung ukuran.

Seperti diketahui, kacang mete sudah lama menjadi komoditas yang diperdagangkan di Wonogiri. Jumlah mete yang diperdagangkan ditaksir sampai ribuan ton per tahun dengan nilai transaksi mencapai miliaran rupiah. 

Pengepul mete di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, Siswanto, 58, mengatakan meski bahan baku berupa mete basah mayoritas dipasok dari luar Jawa seperti Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, industri mete di Wonogiri terus bergeliat.

“Industri tetap berjalan. Banyak orang yang tetap mengolah mete, menjual, memasarkan, dari sini,” ucapnya saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Tanjungsari, Jatisrono, Wonogiri, Senin (10/4/2023).

Rantai Usaha Industri Mete

Siswanto menjelaskan dalam industri mete ada beberapa rantai usaha yang melibatkan orang banyak. Pengolahan jambu mete sampai menjadi kacang mete yang siap jual butuh proses yang cukup panjang.

industri mete wonogiri
Karyawan salah satu toko penjual mete di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, mengemas mete kering yang telah dioven, Senin (10/4/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

“Dari petani ke pengepul, kemudian ke perajin atau pengupas kulit mete, setelah itu pengolah, terakhir, baru penjual. Tidak bisa satu orang atau mengerjakan semuanya. Pasti hanya pilih salah satu atau dua dari rantai itu,” jelasnya.

Siswanto mencontohkan dirinya yang menjadi pengepul menjual biji mete basah, dia juga sekaligus menjadi penjual biji mete kering. Tapi untuk mendapatkan mete kering, dia harus menyewa jasa pengupas kulit mete. “Setelah itu baru bisa menjual mete kering,” kata Siswanto.

Dia mengutarakan saat ini orang sudah mulai menjual mete tidak sekadar dalam bentuk kering atau goreng saja, melainkan sudah diolah menjadi produk kemasan dan turunannya. Tidak hanya pada produk metenya, tapi alat atau sarana pendukungnya pun berkembang. Misalnya alat pengupas kulit mete.

Cara yang biasa untuk mengupas kulit mete yaitu dengan membelah atau pemecah kulit mete menggunakan pisau yang telah didesain sedemikian rupa untuk memecah kulit. Kendalanya, alat itu memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan melepas kulit mete.

“Mulai dari situ, saya coba bikin alat pengupas kulit mete sendiri. Saya eksperimen sendiri selama kurang lebih tiga bulan agar alat itu lebih cepat mengupas mete. Tapi hasilnya juga bagus, biji metenya tidak pecah,” ucap dia.

Alat pengupas itu, kini masih dalam tahap pengembangan. Meski begitu, Siswanto mengaku sudah mendapatkan belasan pesanan untuk alat tersebut dari luar Wonogiri. Dia membanderol harga alat pengupas metenya seharga Rp2 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya