SOLOPOS.COM - Kondisi Kori Kamandungan saat prosesi tingalan Jumenengan PB XIII, Kamis (16/2/2023). (Solopos.com/Nova Malinda)

Solopos.com, SOLO—Paku Buwono (PB) sebagai Raja Keraton Kasunanan Solo membangun kerajaannya di Desa Sala penuh dengan makna filosofi. Setiap bagian Keraton Solo dibuat tidak lepas dari makna mendalam perjalanan hidup manusia.

Mulai dari tahap kelahiran hingga meninggal dunia. Berikut penjelasan makna filosofi perjalanan hidup manusia kawasan Gladak hingga Alun-alun Kidul Keraton Solo, dari seorang pakar hukum cagar budaya, Bambang Ary Wibowo:

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

1. Kawasan Gladak adalah awal dari perjalanan hidup manusia. Ketika kali pertama dilahirkan, manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menangis, buang air besar dan air kecil sembarangan. Zaman dulu, semua hewan hasil buruan Keraton ditaruh di Gladak. Sifat manusia pada awal lahirnya seperti sifat hewan.

2. Tugu Pamacekan dan Tugu Pamilihan, di situ hewan hasil buruan dipilah-pilah, sama seperti manusia, ketika mereka mulai beranjak dewasa usia 15 tahun sudah bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang benar

3. Alun-alun Utara dulu itu bukan rumput, tetapi kerikil. Karena keri ing sikil ketika berjalan tanpa alas kaki, apalagi ketika panas, itu luar biasa kena telapak kaki. Ketika malam luar biasa. itu lah hidup manusia, ada yang nyaman ada ada yang tidak nyaman. Ada yang enak ada yang tidak enak.

4. Masjid Agung di sisi sebelah barat. Maksudnya selama masa hidup manusia agar selalu eling kepada pencipta kehidupan.

5. Jalan Kalimasada. Di ujung sebelah utara ada Jalan Kalimasada dari arti ngalimat syahadat. Jadi orang ketika akan masuk Islam, harus mengucapkan kalimat syahadat. Di situ lah letaknya kenapa masjid berada di sisi kanan.

6. Bangunan Pagelaran. Di situ lah manusia digelar hidupnya, sebelum menuju kepada Siti Hinggil atau Siti Ingkang Inggil.

7. Siti Hinggil adalah tempat di mana manusia sudah menemukan jati dirinya pada usia-usia di atas 50 tahun.

8. Kori Brojonolo, yang artinya pintu senjata hati. Ketika kita masuk menuju ke Keraton, yang dibawa bukan emas, rumah, harta, atau jabatan. Tapi yang dibawa hati.

9. Kori Kamandungan, kita akan mendpaati cermin-cermin di sebelah timur, selatan dan barat. Supaya kita mematutkan diri menghadap kepada seorang Raja

10. Bangsal Maliki atau Sri Manganti, di situ kita menunggu sampai kita dipanggil oleh Raja.

11. Sasana Sewaka. Kita bertemu dengan Raja. Jika hidup kita baik akan diajak ke sisi selatan di mana ada Bangsal Handrawina, tempat untuk berpesta menikmati kehidupan yang lebih baik.

“Makanya setiap Raja Keraton Solo ketika wafat tidak akan pernah dibawa lewat pintu utara, melainkan lewat pintu selatan. Lewat jalur Magangan, Alun-alun Kidul dan seterusnya. Seperti yang terjadi pada PB XII,” ujar Bambang Ary, Minggu (9/7/2023).

Menurut dia, makna filosofi itu dipahami oleh orang-orang sepuh Keraton Solo. “Saya kali pertama mendengar dari almarhum eyang saya. Eyang bilang, menungso itu podo karo uripe seko Gladak sampai Alun-alun Kidul,” sambung dia.

Sebelumnya, pemerintah akan merevitalisasi kawasan Keraton Kasunanan Solo secara bertahap, dimulai dari kawasan Alun-alun Utara. Bambang Ary mengingatkan agar revitalisasi tidak secara sembarangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya