SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kirab Malam 1 Sura (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO–Malam 1 Sura Solo tak lama lagi.  Dalam tradisi Jawa, Sura menjadi momentum sakral untuk introspeksi dan penyucian diri. Awal tahun dalam penanggalan Jawa ini juga dipandang sebagai saat yang tepat untuk menyampaikan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Biasanya masyarakat menggelar syukuran, labuhan, kirab, hingga merti desa.

Momentum sakral dalam budaya Jawa tahun tersebut dimanfaatkan sejumlah budayawan lintas komunitas Kota Bengawan untuk membuat acara bertajuk Sura Bulan Kebudayaan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Rangkaian acara yang digelar hampir sebulan itu dibuka dengan kegiatan Slametan Mapag Sura yang digelar di Tugu Pamandengan (Titik Nol Solo), Minggu (19/10/2014), pukul 24.00 WIB.

Rentetan kegiatan ini turut dimeriahkan kegiatan Srawung Seni Sakral Internasional, Deklarasi Sura Bulan Kebudayaan, Musyawah Kebudayaan, pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Subono, pembacaan geguritan, dan macapat.

Selain itu acara juga diisi konser piano karya Abad 17-21 oleh Ary Sutedja, Kirab Ageng Museum Radya Pustaka, festival Semarak Singa Barong, sarasehan 200 Tahun Serat Centhini, Srawung Kethoprak, dan pertunjukan keroncong Centhini  oleh Endah Laras.

Sekretaris Kegiatan Sura Bulan Kebudayaan, Teguh Prihadi, mengatakan momentum Sura tahun ini menjadi saat yang tepat untuk merayakan berbagai kesenian yang hidup di Tanah Jawa.

“Tahun ini Imlek dirayakan secara besar-besaran. Kegiatan akbar lain juga digelar di sini. Kalau tidak dirayakan sekarang mau kapan lagi,” tandas Teguh, saat berbincang dengan Espos di Museum Radya Pustaka, Jumat (17/10/2014) siang.

Teguh mengutarakan kegiatan yang menjadi penyemarak kegiatan budaya Sura ini juga ingin merangkul anak muda. “Dulu Sura identik dengan gelap, dupa, wingit. Sekarang kami buat kegiatan kreatif biar anak-anak muda tertarik. Sehingga tahun depan bisa ikut bergabung dalam acara yang masih didominasi seniman kawak ini,” jelasnya.

Penasihat Kegiatan Sura Bulan Kebudayaan, Suprapto Suryodarmo, menambahkan pihaknya tidak ingin membuat kegiatan tandingan keraton yang sudah menjadi tradisi masyarakat Solo. “Kami ingin meletakkan momentum ini pada konteks zaman Sultan Agung. Niatnya ingin mengembalikan local genius yang dulu sudah mapan di sini,” tutupnya.

Acara yang berlangsung Selasa-Senin (21/10-23/11) bakal digelar di sejumlah tempat di antaranya kompleks Museum Radya Pustaka, pelataran Balai Kota Solo, dan Graha Soloraya. Informasi kegiatan bisa disimak lewat akun Twitter @SuraKebudayaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya