Soloraya
Minggu, 5 Maret 2017 - 18:00 WIB

Malam Terakhir "Hantu-Hantu" Gentayangan di Gatak Fair Delanggu Klaten

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung berkerumun di depan gang rumah bajang atau rumah hantu di Gatak, Delanggu, Klaten, Jumat (3/3/2017) malam. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Malam ini merupakan malam terakhir Gatak Fair 2017, Delanggu, Klaten. Salah satu hiburannya adalah “hantu-hantu” palsu.

Solopos.com, KLATEN — Mulai Kamis (2/3/2017) malam hingga Minggu (5/3/2017) malam, gang di Lemburejo RT 003/RW 002, Gatak, Delanggu, Klaten, dipenuhi “hantu-hantu” yang bergentayangan. “Hantu-hantu” palsu itu mulai bergentayangan di sepanjang jalan kurang lebih 200 meter mulai pukul 20.00 WIB-00.00 WIB.

Advertisement

Di antara hantu yang ada, seperti kuntilanak, genderuwo, pocong, suster ngesot, dan lain sebagainya. Jalan yang diapit deretan pohon pisang dan bambu itu sengaja tidak dilengkapi penerangan yang memadai. Suasana jalan semakin menyeramkan tatkala pejalan kaki harus melewati kuburan palsu di tengah jalan yang dilengkapi payung kuburan, kembang mawar, kendi, dan aroma kemenyan.

Bagi pejalan kaki yang menyusuri gang di Lemburejo harus siap-siap dikagetkan dengan munculnya “hantu” yang sebagian besar dibalut kain warna putih. “Hantu-hantu” itu bisa muncul dari balik semak, balik pohon pisang, atau di balik pohon bambu. Keberadaan gang yang disulap kawula muda di Gatak penuh “hantu” itu guna menyemarakkan Gatak Fair 2017.

Selain menampilkan panggung hiburan, senam massal, dan bazar, Karang Taruna Diponegoro Gatak mengonsep gang di Lembrejo sebagai rumah bajang atau rumah hantu. Gang rumah bajang ini hanya dikhususkan bagi pejalan kaki yang tak takut dengan hantu. Bagi yang tak suka melihat hantu, mending mengurungkan niatnya melintasi jalan setapak tersebut.

Advertisement

“Hantu yang ada sekarang hanya jadi-jadian. Ada sembilan hingga 10 pemuda di Gatak yang memerankan diri sebagai hantu. Mereka mengenakan pakaian serba putih dengan wajah dirias agar mirip hantu. Sebelum acara dimulai, biasanya kami kulonuwun di lingkungan sekitar. Semuanya dilakukan agar tidak terjadi apa-apa. Tujuan dari rumah bajang ini untuk hiburan semata,” kata koordinator rumah bajang Gatak Fair 2017, Harno, saat ditemui Solopos.com, di Gatak, Jumat (3/3/2017) malam.

Salah satu pengunjung rumah bajang, Rendra, 11, mengaku tak mampu menahan tetesan air mata saking merindingnya melihat “hantu” di Gang Lemburejo. “Kuntilanaknya tadi bikin takut. Wajahnya seram. Saat jalan, tiba-tiba nongol di depan saya,” katanya sambil mengusap air mata.

Rendra yang masih sibuk mengusap air matanya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-temannya yang lain. “Iya, saking takutnya Si Rendra sampai menangis tadi. Sebenarnya, saya takut juga masuk ke gang itu. Berhubung masuknya sama teman-teman yang lain, rasa takut itu sirna,” kata pengunjung rumah bajang lainnya, Rahma, 13.

Advertisement

Panitia penyelenggara di bidang keamanan, Wahman alias Bosos, mengatakan antusiasme warga mengunjungi rumah bajang di Gatak sangat tinggi. Setiap malam, jumlah pengunjung hingga 50 orang.

“Banyak yang penasaran dengan rumah bajang di sini. Sebenarnya yang memerankan hantu jadi-jadian itu, ya warga sini. Saat saya berjaga di sini, banyak sekali pengunjung yang menjerit-jerit sewaktu melihat hantu palsu itu [setiap pengunjung rumah bajang ditarik biaya Rp5.000 per orang],” katanya.

Advertisement
Kata Kunci : Kisah Unik Pesta Rakyat
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif