Soloraya
Minggu, 10 April 2022 - 20:37 WIB

Malaysia Mau Ajukan Reog ke UNESCO, Ini Reaksi Komunitas Reog Soloraya

Siti Nur Azizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Komunitas Reog Soloraya berkerumun di sepanjang Jl Juanda setelah melakukan orasi di Joglo Pucangsawit, Jebres, Solo, Sabtu (9/4/2022) malam. (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com, SOLO — Sekitar 20 kelompok seni reog yang tergabung dalam Komunitas Reog Soloraya k0mpak memprotes rencana Pemerintah Malaysia untuk mengajukan kesenian reog sebagai warisan budaya mereka. Mereka melakukan orasi dengan judul Reog Ponorogo Milik Indonesia di Joglo Pucangsawit, Jebres, Solo, Sabtu (9/4/2022) malam.

Orasi tersebut dimulai sekitar pukul 20.00 WIB. Salah satu pemain reog asal Solo, Hendra, 28, mengatakan rencana Malaysia itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada pergerakan dan perlawanan.

Advertisement

Baca Juga: Malaysia Daftarkan Reog ke UNESCO, Ratusan Seniman Karanganyar Beraksi

“Kami semua sangat tidak terima, reog adalah kesenian asli Indonesia. Kami tentunya selalu ingin melestarikan untuk anak cucu kita, dan saat reog diakui oleh negara lain. Nanti lama-lama Indonesia tidak punya kesenian yang bisa dibanggakan,” ungkapnya saat ditemui Solopos.com, malam itu.

Poster yang dipasang Komunitas Reog Soloraya sebagai bentuk protes atas rencana Malaysia mendaftarkan Reog ke UNESCO di kawasan Pucangsawit, Jebres, Solo, Sabtu (9/4/2022) malam. (Solopos/Siti Nur Azizah)

Salah satu warga sekitar, Puspa, 24 mengatakan mendukung orasi memprotes rencana Malaysia ajukan Reog sebagai warisan budaya mereka ke UNESCO. Menurutnya, kesenian reog harus dijaga dan tidak boleh diambil alih oleh negara lain.

Advertisement

Baca Juga: Diklaim Malaysia, Reog Ponorogo Ada Sejak Kerajaan Kediri

“Tadi ramai banget mulai pukul 20.00 WIB, menurut saya reog harus dijaga. Kalau sampai diakui oleh negara lain kan sudah parah sekali,” ungkapnya kepada Solopos.com, Sabtu (9/4/2022).

Warga lain, Yuniati, 34, mengatakan aksi unjuk rasa itu tidak seharusnya dilakukan saat Ramadan, karena menurutnya menganggu kenyamanan warga sekitar.

Advertisement

Baca Juga: Nadiem Tak Usulkan Reog ke UNESCO, Bupati dan Seniman Ponorogo Kecewa

“Sebenarnya ya boleh-boleh saja melakukan orasi seperti itu, tapi ya lihat situasi kondisi juga, apalagi Bulan Puasa. Sampai jalanan tadi lumayan macet,” terangnya.

Berdasarkan pantauan Solopos.com hingga pukul 22.30 WIB masih banyak anggota komunitas reog yang masih berkerumun di sepanjang Jl Juanda, Pucangsawit, Jebres. Sepanjang Jl Juanda yang dipenuhi Komunitas Reog Soloraya itu hingga menyebabkan arus lalu lintas macet.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif