SOLOPOS.COM - Wawin Lawra (Chrisna Chanis Cara/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Mamiek telah meninggal dunia, Minggu (3/8/2014). Sebagai komedian lawas yang telah memiliki nama besar, kepergian Mamiek tak hanya menyisakan duka bagi keluarga.

Komedian Nusantara termasuk junior-juniornya di Kota Bengawan juga merasakan hal serupa. Mereka kehilangan sosok tegas yang penuh kreativitas seperti Mamiek.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pelawak kondang Kota Solo, Wawin Lawra, yang sempet membesuk Mamiek saat dirawat di RS Brayat Minulya, Senin (4/8), mengatakan bahwa almarhum ialah sosok yang karismatik. Setiap kali bertemu dengannya, Mamiek, selalu memberikan petuah agar senantiasa merangkul seniman lokal lainnya yang belum punya nama.

Mamiek seolah tak ingin sukses sendirian. Bahkan, menurut Wawin, Mamiek, sering menampung sejumlah seniman lokal di rumahnya untuk diajak berproduksi bersama.

“Beliau paling gemar ngopeni uwong. Saya sering diberi wejangan, katanya kalau bisa, saya sebagai seniman jangan hanya bekerja untuk diri sendiri, tetapi juga harus merekrut seniman kecil lainnya yang punya potensi tapi belum beruntung,” kenangnya.

Wawin yang tak bisa menghadiri permakaman almarhum karena masih pementasan di Semarang ini awalnya tak percaya bahwa Mamiek telah meninggal. Pasalnya, saat di rumah sakit, almarhum terlihat masih segar dan berstamina.

Saat itu, kata Wawin, Mamiek sempat mengajaknya berfoto dan memuji nama Wawin yang banyak dikenal oleh seniman Jakarta. Di sela-sela perbincangan, lanjut Wawin, Mamiek juga sempat melontarkan keinginan jika sembuh dari sakit akan mencukur semua rambut di kepalanya hingga plontos.

Sebagai pelawak yang lahir dari kelompok seni tradisi, Mamiek, dianggap sukses membesarkan nama kesenian Jawa di kancah nasional lewat Srimulat. Sampai-sampai penikmat dagelan tak hanya berasal dari masyarakat Jawa, melainkan menyebar hingga seluruh pelosok negeri.

Guyonan Orisinil

Komedian muda Solo, Mamank Tse, menilai almarhum berbeda dengan pelawak lain. Mamiek memiliki cirikhas guyonan yang orisinal dan cenderung spontan serta memiliki kemampuan kuat dalam bermonolog.

Hingga kini,  Mamiek dianggap sukses mengemas lawakan tradisi di panggung seni modern dengan mengedepankan kreativitas dan gagasan-gagasan baru.

Semangat membawa nilai tradisi di atas panggung itu yang ingin selalu dikembangkan oleh seniman muda Solo, termasuk Mamank. Ia tak ingin perjuangan Mamiek dan Srimulat dalam mengenalkan dagelan tradisional ke industri hiburan kandas di tengah jalan.

Meski telah meninggal dunia, semangat berkesenian Mamiek yang disalurkan kepada sejumlah seniman muda seperti Mamank tidak akan pernah mati. “Beberapa kali pernah mengatakan  sebagai komedian harus  unik dan berkarakter. Pesennya juga agar komedian Solo akur agar memiliki wadah [berkesenian],” katanya.

Komitmen itu juga muncul dari Ketua Dagelan Citromitro Solo, Tri Harjono. Sebagai seniman lawas yang puluhan tahun bergelut di seni tradisi, Tri, bakal terus berkarya demi perjuangan seniornya itu.

Selama ini ia menilai Mamiek selalu mendukung kelompok dagelannya agar terus eksis. Dukungan moral maupun materiil selalu diberikan kepadanya dan rekan-rekan seniman lokal di Kota Bengawan.

Di tengah persaingan dengan hiburan modern yang kian berkembang, Mamiek, selalu berpesan agar seniman lokal tak boleh patah arang. Selalu ada jalan untuk bisa mengembangkan kesenian tradisi tersebut.

“Meski telah kehilangan tokoh ulung, kami akan istikhomah melanjutkan dagelan tradisional,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya