Soloraya
Senin, 21 Februari 2022 - 09:08 WIB

Mandiri Energi ala Warga Kanoman Boyolali dengan Manfaatkan Limbah Tahu

Magdalena Naviriana Putri  /  Sri Sumi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Budi Amiarso menjelaskan cara kerja Biodigester di Dukuh Kanoman, Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Minggu (20/02/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, BOYOLALI — Warga Dukuh Kanoman, Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memanfaatkan limbah pabrik tahu sebagai upaya mandiri energi.

Ada 26 usaha industri tahu di wilayah Kanoman. Kawasan sentra pembuatan tahu di Kanoman juga dilengkapi 3 unit Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) komunal dan hampir 5 unit IPAL mandiri.

Advertisement

Ketua RT 002/RW 008, Budi Amiarso, 51, membagikan metode pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas. Kata Budi, metodenya sederhana. “Perajin [tahu] membuang limbah tahu cair ke IPAL yang tersalur ke digester [tabung fermentasi]. Di dalam digester, limbah akan diolah menjadi gas metana yang kemudian disalurkan ke rumah warga melalui jaringan pipa,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, Minggu (20/02/2022).

Baca Juga : Kawasan Industri Tahu-Tempe Mojosongo Solo Segera Punya IPAL, Ini Lokasinya

Advertisement

Baca Juga : Kawasan Industri Tahu-Tempe Mojosongo Solo Segera Punya IPAL, Ini Lokasinya

Budi menyampaikan bahwa lokasi IPAL ada yang menggunakan tanah kas desa. Ada pula yang memanfaatkan lahan pribadi. Beberapa rumah warga telah menggunakan biogas untuk kebutuhan rumah tangga. Syaratnya jarak maksimal 100 meter dari instalasi. “Satu unit instalasi bisa digunakan untuk lima KK [kepala keluarga],” terangnya.

Budi berinisiatif memanfaatkan biogas untuk disalurkan ke genset. Namun, upaya itu masih bersifat uji coba. Budi juga menceritakan bahwa belum ada pengelola khusus terkait IPAL di Kanoman.

Advertisement

Baca Juga : Sungai Warna-Warni Gegara Limbah Industri, DLH Solo: Solusinya IPAL

Lelaki yang juga perajin tahu ini menceritakan IPAL tersebut merupakan hibah dari pemerintahan dan sudah ada sejak 2006. Namun, pengelolaan IPAL sempat vakum karena kendala kekeringan pada 2019.

“Kanoman sempat dianggap sebagai tersangka pencemaran Sungai Bengawan karena kasus kekeringan ini. Soalnya limbahnya tidak mau mengalir,” ujarnya.

Advertisement

Dari kasus tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akhirnya mencarikan solusi dengan menggandeng PT Angkasa Pura melalui program corporate social responsibility (CSR). Program tersebut berjalan hingga saat ini.

Baca Juga : IPAL Terpadu Limbah Ciu Sukoharjo Tak Kunjung Dibangun, Ini Penyebabnya

Namun, tampaknya pengelolaan biogas menjadi energi mandiri masih terkendala biaya instalasi. Budi mengungkapkan bahwa warga kesulitan terkait biaya instalasi biogas mahal. Menurut dia peralatan uji coba sederhana dengan standar pabrik berbeda.

Advertisement

“Dulu biogas ini hanya dikampanyekan untuk rumah tangga, sebagai pengganti kompor minyak ke gas. Harapan kami biogas ini nantinya bisa dibuatkan instalasi supaya bisa masuk ke tabung. Tetapi belum ada anggaran.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif