SOLOPOS.COM - K.G.P.A.A. Mangkunagoro X bersama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka di Taman Balekambang, Solo, Sabtu (17/2/2024). (Istimewa/Dokumentasi Pemkot Solo)

Solopos.com, SOLO–Pemimpin Pura Mangkunegaran K.G.P.A.A. Mangkunagoro X mengaku senang mendapatkan kepercayaan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjadi pembina atau inspektur upacara peringatan Hari Jadi ke-279 Kota Solo di Taman Balekambang, Solo, Sabtu (17/2/2024).

Tugas yang dijalani Mangkunagoro X itu merupakan kali kedua setelah sebelumnya menjadi pembina upacara pengibaran Bendera Merah Putih memperingati HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Solo pada Agustus lalu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Yang ini agak lebih pendek, latihannya satu hari saja. Senanglah kemarin 17 Agustus terus Hari Jadi Kota Solo, ini momentum besar bagi warga Solo, bangga, senang, terima kasih Mas Wali sudah memberikan kepercayaan semoga teman-teman senang,” ujar dia.

Mangkunagoro X melihat tugas itu kaitannya dengan lokasi upacara di Taman Balekambang yang dibangun Mangkunagoro VII. Tugas sebagai inspektur upacara, lanjutnya, bukan simbol suksesi menjadi Wali Kota Solo.

“Kami lihat saja ke depannya, belum ada apa-apa. Ini kan lokasinya di Taman Balekambang dan Balekambang tentu berkaitan erat dengan kami, yakni Mangkunagoro VII,” ungkap dia.

Ditanya wartawan apakah tertarik dengan dunia politik, Mangkunagoro X mengatakan belum tahu. Belum ada partai politik yang mendekati Mangkunagoro X. “Belum tahu, lihat nanti ya saya belum bisa jawab sekarang,” ujar dia.

Lebih lanjut, Mangkunagoro X mengatakan sedang fokus mempersiapkan tradisi Tingalan Jumenengan ke-2 Mangkunagoro X, Senin (19/2/2024). Ada ratusan orang yang diundang dalam tradisi tersebut.

Adapun upacara peringatan Hari Jadi ke-279 Kota Solo diawali pertunjukan tari Abipraya Niskala. Abipraya memiliki arti harapan dan Niskala bermakna kokoh dan kuat.

Karya tari tersebut menggambarkan kegigihan Pangeran Sambarnyawa atau Mangkunagoro I dalam mewujudkan harapan untuk membebaskan rakyat dari penindasan serta perjuangan membangun peradaban baru yang maju dan kuat.

Spirit manunggaling kawula gusti yang diwujudkan dalam titi-tibeh, mati siji mati kabeh-mukti siji mukti kabeh mampu meleburkan sekat pemimpin dan rakyatnya sehingga terangkai harmoni dalam sinergi kebersamaan dan perjuangan untuk menyongsong masa gemilang.

Selanjutnya para peserta mendengarkan sejarah Kota Solo yang berawal dari kondisi pusat Kerajaan Mataram di Kartasura rusak akibat perlawanan terhadap Belanda.

Sinuhun Pakubuwana II mencari lokasi baru untuk Kerajaan Mataram berjarak 10 Km ke arah timur di Desa Sala. Kemudian Pakubuwana II mengadakan kirab Boyong Kedhaton sebagai tanda lahirnya Kota Solo.

Pakubuwana II menamai tempat baru sebagai Surakarta Hadiningrat. Kota Solo menjadi pusat negara atau pusat pemerintahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya