Soloraya
Senin, 4 Maret 2013 - 14:20 WIB

Mantan Pesinden Keraton Solo Itu Kini Terbaring Tak Berdaya

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mbah Jiwo, 80, terbaring lemah di ranjang rumahnya Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (2/3/2013). Mantan pesinden Keraton Solo ini sakit gatal dan kudis dan bisa dibilang hidup telantar karena tidak dirawat oleh sanak keluarga yang masih ada. Hanya tetangga di sekitar rumahnya yang secara sukarela memberikan bantuan dan perawatan. (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Mbah Jiwo, 80, terbaring lemah di ranjang rumahnya Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (2/3/2013). Mantan pesinden Keraton Solo ini sakit gatal dan kudis dan bisa dibilang hidup telantar karena tidak dirawat oleh sanak keluarga yang masih ada. Hanya tetangga di sekitar rumahnya yang secara sukarela memberikan bantuan dan perawatan. (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Perempuan tua berambut putih itu hanya terbaring lemah di ranjang rumahnya. Pakaian kumal membalut tubuhnya yang mengeriput. Bola matanya menerawang tak menentu. Di sekujur kulit tubuh perempuan renta itu bersisik lantaran penyakit kulit gatal dan kudis yang diderita selama satu bulan lalu.
Advertisement

Sekilas, orang mengira bahwa perempuan tua itu seperti perempuan tua pada umumnya. Namun dibalik kesahajaan perempuan itu, rupanya perempuan yang bernama lengkap Jiwo Laras, 80, pernah disanjung-sanjung oleh Raja Keraton Solo, PB XII. Ya, perempuan itu tak lain merupakan mantan sinden Keraton Solo. Dia kerap dipanggil untuk nyinden dalam even budaya baik di dalam dan luar negeri.

Rumah kecil berukuran 5 meter x 5 meter di Jl Wirengan, Baluwarti RT 003/ RW 004, Pasar Kliwon yang kini ditempatinya merupakan pemberian dari PB XII. Sejak puluhan tahun lalu, Mbah Jiwo hidup sebatang kara. Dia tidak punya anak dan suami. Sanak saudara yang diharapkan perhatian seolah tak pernah menggubris kondisi Mbah Jiwo saat ini. “Nggih ngeten niki, kula piyambakan teng griya, napa malih sak niki kula taseh gerah kados niki [ya begini ini, saya sendirian di rumah, apalagi saya sekarang sakit seperti ini],” keluh Mbah Jiwo dalam bahasa Jawa saat dijumpai Solopos.com akhir pekan lalu.

Dengan suara terbata, terbesit harapan Mbah Jiwo ingin segera sembuh dari sakit gatal yang diderita. Dia menceritakan awalnya terjatuh tak jauh dari rumahnya. Sejak itu, Mbah Jiwo tak bisa menggerakkan tubuhnya. Pengobatan telah dilakukan namun sakit itu masih dirasa perempuan yang pernah nyinden di Hongkong, China dan Jepang. Karena lama terbaring di ranjang, penyakit gatal mulai menggerogoti tubuhnya. Di beberapa bagian terlihat melepuh.

Advertisement

“Mbah Jiwo sudah dibawa ke dokter, tapi belum ada perubahan pada penyakitnya. Bisa jadi hawa pengap di rumah ini juga berpengaruh lamanya sembuh penyakit Mbah Jiwo,” ujar salah satu tetangganya, Ny Slameto, 56, di rumah itu. Semenjak sakit, kondisi rumah Mbah Jiwo seolah tak pernah terawat. Warga dan tetangga kerap membantu membersihkan rumah yang hawanya terasa pengap dan bau. “Keluarga Mbah Jiwo pernah berjanji mau merawat, tapi tidak pernah datang ke sini. Bilangnya ntar-ntar mau datang ke sini,” papar Ny Slameto.

Mbah Jiwo yang sudah mengabdi puluhan tahun sebagai abdi dalem Keraton Solo kini tak pernah dihiraukan lagi oleh Keraton Solo. Tetangga lain, Ny Sujoko, 70, mengatakan ada beberapa kerabat Keraton yang kadang memberi santunan kepada Mbah Jiwo. Namun uang santunan itu tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan mengobati penyakit di tubuhnya. “Warga sini ya ada yang belas kasihan sama Mbah Jiwo dengan memberi makanan,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif