SOLOPOS.COM - Sejumlah ibu-ibu mendengarkan pelatihan etika digital dan bermedia sosial menghadirkan Psikolog Saroyo Hanggoro di Balai Desa Jimbar, Pracimantoro, Wonogiri, Kamis (13/7/2023). (Istimewa/Sutrisno)

Solopos.com, WONOGIRI — Seratusan ibu-ibu di Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, mengikuti pelatihan keamanan dan etika digital bermedia sosial di Balai Desa Jimbar, Kamis (13/7/2023). Pelatihan itu diharapkan mampu meningkatkan literasi digital warga desa sehingga terbentuk ekosistem digital yang positif.

Selain itu agar tidak ada konflik sosial di desa akibat bermain media sosial sekaligus membangun pola komunikasi sehat antarwarga. Dalam acara tersebut, Pemdes Jimbar menghadirkan dua pemateri yang merupakan dosen sekaligus psikolog, yaitu Saroyo Hanggoro dan Yulindyah Widyasaka. 

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Desa Jimbar, Sutrisno, mengatakan saat ini 80% warganya merupakan pengguna aktif handphone atau smartphone mulai dari anak-anak hingga lansia. Tetapi dia menilai banyak dari mereka yang belum mengetahui betul dampak negatif maupun positif dari penggunaan smartphone.

Warga Jimbar, Wonogiri, berselancar di dunia digital termasuk media sosial setiap hari tanpa memperhatikan keamanan dan etika digital. Dia menjelaskan sejak era digital masuk desa sekitar 10-20 tahun terakhir, ada perubahan pola komunikasi sosial di Desa Jimbar.

Anak-anak dan remaja di desa banyak yang waktunya hilang di depan layar handphone dibandingkan bergaul saling berkomunikasi secara langsung dengan temannya. Sutris memperhatikan mereka menggunakan smartphone lebih banyak untuk bermain game dan berselancar di media sosial. 

Kondisi yang juga tidak jauh berbeda terjadi pada orang dewasa di desa tersebut. Menurut dia, silaturahmi antarwarga desa saat ini jauh berkurang dibandingkan masa sebelum era digital masuk desa. Pola asuh anak pun berubah.

Komunikasi antara orang tua dan anak semakin jarang terjalin. Sebagian orang tua tidak mau ambil pusing untuk mengasuh anaknya dengan cara memberikan gawai kepada anak. 

Cegah Komentar Buruk dan Ujaran Kebencian

Oleh orang tua, sambung Sutris, anak-anak diberikan konten-konten di media sosial atau aplikasi video streaming. Sayangnya, kadang konten-konten yang terpapar anak itu tidak disaring. Anak mengonsumsi konten yang seharusnya belum layak ditonton anak-anak. Hal itu dilakukan orang tua agar anak mereka tidak rewel. 

“Hal-hal itu yang mendorong kami untuk menggelar pelatihan ini. Kami merasa perlu memberikan pemahaman kepada warga soal etika bermedia sosial, bagaimana cara aman bermedia sosial. Kami sadar, digitalisasi ini memang memiliki dampak positif, tetapi ada juga negatifnya. Nah ini cara kami untuk menekan dampak negatif dari penggunaan smartphone, media sosial bagi warga,” kata Sutris kepada Solopos.com, Kamis.

Sutris mengaku dengan maraknya ujaran kebencian di lini masa dunia maya yang berujung konflik akan memengaruhi warga desa untuk melakukan hal serupa. Oleh karena itu, pelatihan tersebut juga sebagai tindakan preventif agar hal-hal demikian tidak dilakukan warga Desa Jimbar.

Diharapkan tidak ada warga desa yang berkomentar buruk, sinis, dan kotor di media sosial. Hal itu mengapa peserta pelatihan terdiri atas ibu-ibu kader pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), Posyandu, dan dasawisma. 

“Mereka dipilih sebagai peserta karena kami menilai mereka sangat strategis untuk membagikan dan mengajarkan pelatihan itu kepada keluarga dan warga lain. Pelatihan ini kami anggarkan dari Dana Desa alokasi pendidikan” ujar dia.

Salah satu peserta pelatihan, Rina, menyampaikan materi yang disampaikan dalam pelatihan itu sangat berguna dan menyadarkan dia sebagai warga sekaligus ibu. Setidaknya ada dua materi besar yang disampaikan dalam forum itu, yaitu pola asuh anak berkaitan dengan digital dan etika bermedia sosial.

Dampak Media Sosial pada Mental Pengguna

“Ada perbedaan pola asuh antara anak yang umurnya kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun atau remaja. Anak kurang dari 10 tahun masih bisa kami arahkan, kami kontrol dalam menggunakan HP. Untuk anak remaja, kami sebagai orang tua harus bertindak sebagai teman, teman diskusi. Tetapi tetap memperhatikan privasi mereka,” kata Rina.

Sementara itu, ihwal etika media sosial, menurut Rina, peserta menjadi tahu bagaimana kiat bermedia sosial yang bijak sehingga tidak terjadi konflik sosial. Menurut dia, pada dasarnya sebagian besar warga Jimbar selama ini sudah cukup cakap menggunakan media sosial.

Tetapi kadang masih dijumpai antarwarga saling sindir atau menyerang di media sosial. “Tetapi itu biasanya antar personal. Dan tidak berskala besar. Artinya tidak sampai timbul masalah besar,” ucap dia.

Psikolog yang juga pemateri dalam pelatihan itu, Saroyo Hanggoro, dalam paparannya, menjelaskan ada beberapa dampak dari aktivitas media sosial terhadap mental pengguna, antara lain otak kesulitan memilah informasi dan mengembangkan infromasi.

Selain itu kualitas istirahat terganggu sehingga mudah marah, hilang fokus, dan mengambil keputusan buruk. Selain itu, terbiasa menetapkan satu informasi utama dalam mengambil keputusan. 

Dia juga memberikan beberapa kiat membangun etika media sosial dalam keluarga seperti membatasi durasi konsumsi Reels atau video pendek, memanfaatkan fitur mesin pencari untuk mendalami informasi, dan memanfaatkan fitur report, dislike, not interest, dan hide untuk konten-konten yang mengganggu  mental pengguna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya