SOLOPOS.COM - Pengrajin menyelesaikan pembuatan blangkon di Serengan, Solo, Jumat (3/2/2023). Hasil kerajinan blangkon dengan model Mataram, Solo, Jogja tersebut dijual dengan harga Rp275.000 per kodi yang berjumlah 20 blangkon sedangkan untuk eceran Rp25.000.(Solopos.com/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO —Seperti namanya, Kampung Blangkon di Kecamatan Serengan Kota Solo menjadi sentra industri pembuatan blangkon di Kota Bengawan. Mayoritas warga setempat di sana bekerja sebagai pengrajin blangkon khas Solo yang menjadi bagian pelengkap pakaian adat Jawa.

Sebagai sentra industri, Camat Serengan, Agung Wijayanto menyebutkan total produksi blangkon di kampung tersebut mencapai 2.000 buah per harinya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Dari paguyuban Kampung Blangkon ini satu hari bisa 2.000 buah blangkon produksinya,” kata dia saat ditemui Solopos.com seusai acara dinas di Lapangan belakang Kantor Kecamatan Serengan, Jumat (3/2/2023).

Warga setempat secara turun temurun menekuni usaha kerajinan tersebut sebagai sumber pendapatan mereka. Agung berharap industri kreatif masyarakat (IKM) semacam ini bisa terjaga dan berkembang lebih baik lagi nantinya.

“Kami usulkan untuk penataan agar ke depan prospek usaha IKM bisa lebih berkembang,” kata dia.

Solopos.com sempat berbincang dengan salah satu pengrajin blangkon, Latif Nur Hadi saat membuat kerajinan blangkon di kediamannya. Latif mengaku bisa membuat enam kodi blangkon dalam sehari.

“Paling sedikit ya sekitar enam kodi sehari, jualannya cuma di sini, lha enggak punya mobil, kalau online bisanya cuma WhatsApp,” ucal dia.

Sambil berbincang, Solopos.com mengamati ada banyak blangkon-blangkon khas surakarta dengan sejumlah motif yang ditampilkan di sana, misalnya motif bandana dan motif spesialnya samurai. Meski berbeda model namun jenis kain yang digubakan tetap sama. Blangkon-blangkon tersebut tersebar di teras hingga halaman jalan kampung di depan rumahnya.

“Sudah sekitar tujuh tahun lalu mungkin ya saya menekuni usaha ini,” kata dia.

Setiap harinya Latif mengerjakan pembuatan kerajinan blangkon tidak sendirian. Ia ditemani oleh empat pemuda yang turut duduk bersantai sambil merangkai bahan-bahan yang ada menjadi sebuah blangkon khas Kota Solo. Bahan-bahan tersebut meliputi kain, kertas putih biasa, kertas karton, dan lem perekat.

Latif belajar memproduksi kerajinan blangkon melalui otodidak. Ia mengaku sudah mulai menekuni usaha tersebut sejak tujuh tahun lalu. Durasi untuk pembuatan satu blangkon memakan waktu sekitar 15 menit.

“Satu blangkon paling sekitar seperempat jam lama pembuatannya,” terangnya.

Latif menjual hasil kerajinan blangkonnya dengan hitungan per kodi. Untuk satu kodi blangkon milik Latif dijual dengan harga sekitar Rp270.000. Sementara bila ada konsumen yang ingin membeli ecer, blangkon akan dijual seharga Rp25.000 per buah.

“Untuk ukuran kepala blangkon berbeda-beda,” ucap dia.

Latif mengatakan, kebanyakan para pelanggannya akan menjual kembali blangkon itu ke tempat-tempat wisata. Para pembeli blangkom biasanya berasal dari kalangan warga lokal maupun warga luar Kota Solo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya