SOLOPOS.COM - Ketua Gapoktan Tani Makmur, Bambang (kiri), bersama CEO Indico, Andi Kristianto, dan sejumlah pejabat Pemkab Wonogiri menunjukkan hasil panen padi dari penerapan pertanian digital dengan platform Telkomsel Digital Food Ecosystem di Desa Pule, Selogiri, Wonogiri, Senin (28/6/2022). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak 40 petani padi yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Makmur Desa Pule, Selogiri, Wonogiri, menerapkan pola pertanian berbasis digital.

Mereka mengolah lahan, menanam, hingga memanen berdasarkan hasil analisis akurat memanfaatkan teknologi Telkomsel Digital Food Ecosystem [DFE]. Hasil produksi padi mereka meningkat hingga mencapai lebih dari 50% dengan penerapan pertanian modern tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Para petani menerapkan pola pertanian berbasis digital dengan bekerja sama dengan Indonesia Digital Ecosystem (Indico) sebagai pengelola platform Telkomsel DFE dan Tanivest. Indico menggandeng Tanivest menjalin kontrak pertanian dengan Gapoktan Tani Makmur.

Sekretaris Gapoktan Tani Makmur Desa Pule, Wonogiri, Yanto, menerangkan Indico bersama Tanivest menggandeng Gapoktan Tani Makmur untuk menerapkan pertanian digital yang memanfaatkan teknologi modern melalui platform Telkomsel DFE.

Dalam kerja sama itu petani menerima layanan penyuluhan dan penggunaan teknologi modern seperti penggunaan sensor Internet of Things (IoT), drone untuk penyiraman lahan dan tanaman, dan rekomendasi agronom.

Yanto menyebut sarana produksi juga telah disediakan Tanivest yang digandeng Indico untuk memenuhi kebutuhan produksi petani mulai dari pengadaan pupuk organik cair, pupuk padat, hingga fungisida.

Gabah Dibeli dengan Lebih Mahal

Selain itu, hasil panen padi petani pun diserap atau dibeli Indico dengan harga yang sudah disepakati sejak awal masa tanam. Pembayaran sarana produksi langsung dipotong dari hasil penjualan hasil panen.

Kerja sama antara Indico dengan Gapoktan Tani Makmur baru berlangsung selama satu masa tanam, yaitu masa tanam kedua. Dalam masa tanam kedua itu, harga jual gabah basah yang diserap Indico senilai Rp5.400/kg.

Harga itu dinilai lebih tinggi dari harga di pasaran saat musim panen. Harga gabah basah saat musim panen berkisar Rp5.000/kg. Dengan pola pertanian berbasis digital itu, hasil produksi cukup meningkat signifikan.

“Misal di lahan saya seluas satu hektare, yang biasanya hanya bisa menghasilkan empat-lima ton, sekarang naik jadi sekitar delapan ton. Ini sangat menguntungkan petani. Dalam program ini, saya punya dua hektare,” kata Yanto saat berbincang dengan Solopos.com di area persawahan Desa Pule, Senin (26/6/2023).

Dia menerangkan biaya produksi padi untuk satu hektare dalam satu masa tanam sekitar Rp8 juta atau bisa lebih bergantung masa tanam. Dengan harga jual gabah sekitar Rp5.400/kg, dia mendapatkan omzet yang Rp43,2 juta per hektare sekali masa tanam.

Chief Executive Officer (CEO) Indico, Andi Kristianto, menyampaikan pemanfaatan Telkomsel DFE untuk pertanian digital di Pule, Wonogiri ini meningkatkan efisiensi produksi sekaligus meningkatkan hasil produksi.

DFE memiliki dua pilar solusi yang ditawarkan yaitu on farm dan off-farm. On farm fokus pada proses produksi pertanian padi dengan memanfaatkan teknologi modern sensor dan analisis IoT.

Produksi hingga Pascapanen

Dia menjelaskan hasil analisis IoT bisa menyajikan informasi tentang kesuburan tanah, kondisi cuaca, bahkan kesehatan tanaman. Melalui analisi itu bisa diketahui pula kebutuhan pupuk, pestisida, atau fungisida untuk tanaman secara akurat.

Dengan begitu, petani tinggal mengikuti instruksi atau rekomendasi dari hasil analisis tersebut. Sementara itu, untuk solusi off-farm yaitu penyerapan hasil produksi petani. 

“Yang tidak kalah penting, kami juga akan membeli hasil produksi petani. Jadi kami tidak hanya fokus pada proses produksi, tetapi pascapanen juga kami perhatikan,” ujar Andi saat berbincang dengan Solopos.com.

Sementara itu, Pendiri Tanivest, Jeffry A Kusumohadi, mengatakan Tanivest merupakan mitra Indico dalam digitalisasi pertanian yang memanfaatkan platform Telkomsel DFE. Tanivest berperan enabler atau penyedia jasa dan sarana produksi dalam program pertanian digitalis tersebut. 

“Kami membantu untuk pengadaan sarana produksi, membuat SOP [standard operating procedure], mengolah gabah menjadi beras, dan pendamping petani,” kata Jeffry. 

Dia menambahkan Tanivest juga membantu menganalisis kebutuhan petani yang digandeng Indico. Dia mencontohkan Gapoktan Tani Makmur membutuhkan air untuk memaksimalkan produksi pertanian. Maka Tanivest merokemendasikan Indico untuk memberikan bantuan sumur irigasi. 

“Kami lebih fokus pada penyeimbangan pertanian baik secara kimia, fisika, maupun biologi. Saat ini, untuk Gapoktan Tani makmur masih menjalankan pertanian semi organik. Ini kami pelan-pelan menuju ke organik. Pada intinya kami ingin menyediakan pangan sehat,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya