SOLOPOS.COM - Pekerja memberikan pakan kambing di kandang Almahyra Farm Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Sragen, Sabtu (13/11/2021). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN – Anak muda mulai menekuni peternakan domba dan kambing di Sragen. Tren peternakan kambing perah semakin diminati.

Pembina Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Sragen Fakih Hanafi menjelaskan anak muda antusias terjun menekuni peternakan kambing akhir-akhir ini. Peternak kambing perah ada di sejumlah wilayah kecamatan antara lain Kecamatan Gondang, Kedawung, dan Masaran.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Sekarang ini anak muda senang peternakan karena ada teknologi pakan yang tidak membuat mereka ngarit setiap hari tetapi ngarit sekali untuk disimpan. Dengan cara itu bisa beternak dengan banyak. Ada teknologi fermentasi atau silase,” kata dia kepada Solopos.com, Sabtu (13/11/2021).

Baca Juga: Peternak Sragen Waswas Sapi Bali Masuk Soloraya

Dia mengatakan faktor pendorong selain adanya teknologi pakan berupa permintaan pasar yang tinggi, modal yang terjangkau, serta biaya produksi yang tidak sebanyak peternakan sapi, dan kambing/domba hasil silang untuk hobi.

Menurut dia, semula para peternak mayoritas lebih suka dengan penggemukan kambing karena bisa mendapatkan penghasilan dalam periode dua sampai tiga bulan. Kebutuhan daging kambing di Soloraya tergolong tinggi, antara lain olahan satai dan tengkleng.

Selain itu, harga kambing betina lebih murah dibandingkan kambing jantan membuat kambing betina mayoritas ikut dipotong secara harian. Hal ini membuat kambing betina yang masih produktif ikut terpotong.

Baca Juga: 1.000 Sapi untuk Peternak Sragen Lewat KUR, Bayarnya Setelah Panen

“Tambah parah lagi yang beternak breeding atau pengembangbiakan itu boleh dikatakan hampir enggak ada. Kalaupun ada enggak signifikan,” paparnya.

Dia menjelaskan usaha pengembangbiakan membutuhkan waktu tujuh bulan dengan tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan penggemukan, antara lain induknya mati dan keturunan mati. Alasan itu membuat investor lebih memilih sistem penggemukan namun mereka kesulitan mencari keturunan kambing.

Fakih mengatakan peternakan kambing perah pertama di Sragen merupakan binaan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen di Kecamatan Kedawung. Para peternak Gemolong belajar ternak kambing perah pada 2015.

Baca Juga: Mantap! 11 Warga Sepat Sragen Ubah Lahan Gersang Jadi Peternakan Terpadu

“Dulu penjualan susu sulit dan baru menjadi booming saat pandemi ini pada 2020. Susu kambing salah satu ya, bagus untuk paru-paru sehingga permintaan susu kambing jadi booming,” paparnya.

Dia mengklaim kambing perah merupakan ternak yang ideal sebab menghasilkan keturunan betina yang bakal menjadi calon indukan penghasil susu dan kambing jantan untuk digemukkan.

Fakih menjelaskan susu yang diproduksi merupakan susu kambing. Sedangkan peternak susu perah domba belum populer di Indonesia. Salah satu faktornya tidak ada tipe domba perah dan bentuk puting domba yang lebih kecil.

Baca Juga: Tiba-Tiba Ambruk Saat Turunkan Barang, Sales Vitamin Ternak Meninggal Di Gabugan Sragen

Salah satu peternak, Sidiq Achmad, 22, mulai memelihara tiga ekor kambing tahun ini. Dia meluangkan waktu untuk ternak kambing dari aktivitasnya sebagai buruh pabrik plastik.

“Saya ingin anaknya [kambing] lebih banyak lagi. Ini sebagai penghasilan tambahan,” kata warga Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong tersebut.

Peternak lainnya, Aditya, 16, memakai waktu luang saat pembelajaran jarak jauh dengan bekerja pada peternakan kambing perah Mitra Karya Farm setiap pagi. Dia kini memiliki lima ekor kambing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya