SOLOPOS.COM - Kepala Bidang Pembangunan Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan memperlihatkan copy manuskrip asli Haji Tabbri di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen pada Jumat (30/9/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SRAGEN–Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sragen tengah mengusulkan manuskrip, Kitab Primbon Haji Syekh Imam Tabbri sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) ditingkat Jawa Tengah, bersama 16 usulan WBTB se-Jateng lainnya.

Kepala Bidang Pembangunan Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, mengatakan Kitab Primbon Haji Syekh Imam Tabbri adalah karya sastra yang ditulis oleh Haji Syekh Tabbri (Haji Tabbri), yang selesai ditulis pada 1857 Masehi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Saat ini manuskrip tersebut disimpan olah Ahmad Wahyu Sudrajad, keturunan kelima dari Haji Tabbri,” terang Johny pada Solopos.com saat ditemui di kantornya Jumat (30/9/2022).

Ia menambahkan Kitab Primbon Haji Tabbri dulunya disampaikan dalam tradisi sorongan di Pondok Pesantren Haji Tabbri di Desa Donoyudan, Kecamatan Kalijambe.

Setelah lulus, para santri Haji Tabbri tersebut kemudian berdakwah agama Islam, terutama di Kalijambe, namun juga menyebar ke bagian utara Bumi Sukowati, yaitu Sumberlawang, Plupuh, Gemolong, dan Gesi.

Johny mengatakan saat ini kajian atas karya Haji Tabbri dituangkan dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi secara nasional dan dapat diakses di berbagai laman pustaka, misalnya Jumantara. Sehingga persebaran karya ini dapat dikatakan telah menyebar secara nasional.

Ia menambahkan manuskripnya sendiri telah didaftarkan sebagai warisan budaya benda, yaitu cagar budaya pada 2019 lalu. Kemudian WBTB ini, adalah warisan nilai-nilai pengetahuan dan karakter yang terkandung dalam manuskrip tersebut.

Walaupun manuskrip tersebut sudah tidak diketahui judulnya dikarenakan sampulnya yang telah hilang, namun secara turun temurun penyebutan yang diberikan oleh pihak keluarga adalah Kitab Primbon Haji Syekh Imam Tabbri.

“Naskah tersebut terbagi menjadi beberapa bagian tulisan, yaitu materi keagamaan untuk kepentingan dakwah Islam, maulid qashar, ketauhidan, kumpulan doa dan amalan-amalan, pengetahuan filsafat dan tasawuf. Kemudian pengetahuan tentang ilmu falaq dan penanggalan Jawa,” ujar Johny.

Teks pada manuskrip tersebut ditulis pada kertas daluwang (dluwang) berukuran 23 cm x 19 cm, tidak bergaris, menggunakan aksara Arab, Pegon, dan Jawa.

Kondisi naskah sudah sedikit rapuh dan hampir seluruh lembar kertas mengalami rusak atau robek di pinggir manuskrip. Namun, secara keseluruhan, tulisan masih bisa dibaca dengan baik. Hanya beberapa bagian kecil saja yang benar-benar mengalami pelapukan, sehingga benar-benar tidak bisa terbaca.

“Saat ini satu-satunya anggota keluarga yang menguasai pengetahuan isi manuskrip tersebut adalah Ahmad Wahyu Sudrajad, sebagai keturunan kelima. Mulai 2020, Ahmad secara khusus mengajarkan pengetahuan isi manuskrip kepada beberapa anggota keluarga Haji Syekh Imam Tabbri.

Johny menambahkan manuskrip tersebut, sementara ini adalah satu-satunya manuskrip historiografis yang ditemukan in situ di Sragen.

“Pentingnya pelestarian pengetahuan isi manuskrip tersebut salah satunya karena memuat catatan peristiwa penting yang dapat menjadi sumber penulisan sejarah perjuangan agama Islam,” terang Johny.

Pamong Budaya Muda/Sub Koordinator Cagar Budaya dan Koleksi Museum Disdikbud Sragen, Andjarwati Sri Sayekti, mengatakan penetapan WBTB tersebut akan dilaksanakan Jumat (30/9/2022).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya