SOLOPOS.COM - Candi Merak di tengah permukiman Desa/Kecamatan Karangnongko, Klaten. Foto diambil Jumat (26/1/2024). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENCandi Merak yang berlokasi di tengah permukiman penduduk Desa/Kecamatan Karangnongko menjadi salah peninggalan bersejarah dengan usia sekitar 1.000 tahun di Kabupaten Klaten.

Kompleks candi itu terlihat indah dan terawat dengan dihiasi taman di sekitarnya. Saban hari juru pelihara bertugas memastikan kebersihan kompleks candi itu. Ada satu bangunan candi induk yang sudah mengalami beberapa kali pemugaran.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bangunan candi berlatar belakang agama Hindu itu diperkirakan dibangun pada abad ke-8 hingga ke-9 Mahesi pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Mengutip informasi dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, pemugaran pertama pada bagian kaki dan tubuh candi dilaksanakan 2007 dan 2010.

Pemugaran bagian atap candi dilakukan pada 2011 dilanjut dengan mengganti batu-batu penyusun candi yang sudah lapuk dan rusak dengan batu baru yang sesuai.

Candi Merak di Karangnongko, Klaten, berdenah bujur sangkar dengan panjang 8,86 meter, lebar 13,5 meter, dan tinggi 12 meter. Candi induk menghadap ke timur.

Pada candi induk, ada tangga masuk di sisi timur dengan pipi tangga berhiaskan kalamakara. Di depan candi induk, ada tiga candi Perwara yang menghadap ke barat dengan kondisi bangunan belum mengalami pemugaran.

Mengenai asal-usul nama nama Candi Merak, yang menggunakan nama salah satu jenis burung eksotis ternyata bukan dari sejarah pembuatan maupun bentuknya. Pemberian nama itu diberikan ketika reruntuhan bangunan candi itu ditemukan kali pertama sekitar 1925.

Ada Burung Merak Bertengger

“Dari cerita turun temurun warga sini, dulu belum berbentuk seperti saat ini. Masih berupa reruntuhan dan masih tertutup tanah. Kemudian dulu ada pohon besar yakni Pohon Joho dan di pohon itu ada burung merak,” kata salah satu juru pelihara Candi Merak, Dwi Ketarta, 39, saat ditemui Solopos.com di kompleks Candi Merak, Jumat (26/1/2024).

“Kemungkinan pohon itu untuk bersarang atau sebagai tempat bertengger [burung merak]. Ketika pohon itu tumbang, baru kelihatan batuan candinya hingga diberi nama Candi Merak,” lanjut Dwi.

Meski berada di tengah permukiman, Candi Merak di Karangnongko, Klaten, cukup ramai dikunjungi. Rata-rata per bulan hampir 500 pengunjung, mulai dari wisatawan hingga para pelajar.

Tak jarang ada umat Hindu yang berkunjung untuk beribadah. “Untuk religi masih ada. Seperti untuk sembahyang Siwaratri yang biasanya jatuh setiap Januari,” kata Dwi.

Tak hanya wisatawan lokal, pengunjung dari mancanegara juga berdatangan ke tempat itu. Dwi menjelaskan dulu hampir setiap bulan ada satu atau dua pengunjung dari luar negeri yang sengaja datang untuk melihat keindahan candi tersebut.

Mereka di antaranya ada yang dari Prancis dan Jepang. Untuk masuk ke kompleks candi itu pengunjung tidak dikenai tiket masuk alias gratis. Pengunjung cukup mengisi buku tamu dan bisa mengakses informasi tentang Candi Merak dengan scan QR code di meja juru pelihara.

Jam pelayanan pengunjung Candi Merak di Karangnongko, Klaten, yakni Senin-Kamis dan Sabtu pukul 07.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB, Jumat pukul 07.30 WIB-11.00 WIB, dan Minggu 07.30 WIB-13.30 WIB.

Larangan dan Pantangan

Meski diizinkan masuk ke kawasan candi, tak sembarangan orang bisa naik tangga dan masuk ke dalam candi. Rata-rata pengunjung diizinkan menikmati keindahan candi itu dari sisi luar dengan pemandangan ragam hias geometris pada relief candi.

“Naik candi dibatasi untuk tujuan tertentu baru boleh atau ada izinnya baru boleh masuk,” jelas Dwi. Soal larangan atau pantangan bagi pengunjung di kawasan candi itu, Dwi menjelaskan tidak ada yang khusus.

Pengunjung hanya diminta mematuhi batasan yang ditetapkan hingga menjaga kebersihan. “Tidak ada yang khusus. Asal datang niatnya baik dan batas pengunjung dipatuhi,” kata Dwi.

Pegiat pelestari cagar budaya Klaten, Hari Wahyudi, mengatakan Candi Merak di Karangnongko memiliki beragam keunikan dari mulai kesejarahan hingga bangunan candi. Dari sisi bangunan, candi itu memiliki relung-relung pada bagian atap.

“Candi Merak memiliki relung kudu bertipe seperti candi di dataran tinggi Dieng. Jadi ada relung-relung kecil yang berisi arca-arca setengah badan di dalam konteks dewa-dewa Hindu,” jelas Hari.

Tipikal bangunannya pun terbilang unik. Hari mengatakan pada bagian atap mengindikasikan bentuk candi di masa klasik tua. Sementara pada bagian kaki dan tubuh candi menunjukkan tipikal candi dari masa klasik pertengahaan atau sama eranya dengan Candi Prambanan.

“Jadi pendiri Candi Merak ini mengombinasikan antara gaya klasik tua dan pertengahan,” kata Hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya