SOLOPOS.COM - Sumur Masjid Al-Islam di Dukuh/Desa Wiro, Kecamatan Bayat yang dikenal dengan masjid tiban. Foto diambil Sabtu (30/9/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakkso)

Solopos.com, KLATENMasjid Al-Islam di Dukuh/Desa Wiro, Kecamatan Bayat kerap dikenal warga setempat dengan nama masjid tiban. Salah satu keunikan masjid itu yakni air sumur yang diyakini berkhasiat.

Berdasarkan pantauan, masjid itu berlantai keramik. Meski terlihat bangunan modern, pada bagian tengah bangunan ada empat tiang soko guru pada bagian tengahnya. Keempat tiang dari kayu itu dihias ukiran dan kaligrafi.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pada sisi barat masjid, ada tempat wudu serta sumur dan padasan. Bibir sumur diberi penutup dari kayu. Jika ingin mengambil air dari sumur, jemaah harus menimba secara manual. Namun, sumur itu terhitung cetek dengan kedalaman sekitar empat meter.

Salah satu warga Dukuh Wiro, Sri Daryanto, mengatakan masjid itu kerap dikenal dengan nama masjid tiban lantaran sudah ada sebelum kawasan di sekitarnya menjadi tempat tinggal penduduk. Tak ada yang tahu siapa yang membangun masjid itu.

Namun, menurut cerita turun-temurun, ada sembilan masjid yang dibangun dalam waktu semalam dan salah satunya masjid tiban di Dukuh Wiro. Sebelum bangunan masjid dipugar, bentuk bangunan itu berupa joglo, sama dengan bentuk bangunan masjid tiban lainnya di sekitar wilayah Kecamatan Bayat dan Trucuk.

Selain sejarah berdirinya masjid itu, keunikan lain yakni pada sumur masjid tersebut. Sumur itu sudah ada sejak masjid berdiri. Airnya jernih dan tak pernah surut meski kemarau panjang seperti saat ini.

Air sumur itu diyakini berkhasiat. Sri Daryanto membenarkan hal tersebut.

“Khasiatnya sudah terbukti. Banyak anak usia satu tahun belum bisa jalan, dimandikan menggunakan air sumur di sini akhirnya bisa jalan,” kata Sri Daryanto saat ditemui di Masjid Al-Islam Dukuh/Desa Wiro, Sabtu (30/9/2023).

Tradisi memandikan anak usia satu tahun apalagi mereka yang belum bisa berjalan dilakukan saban Jumat. Hingga kini, masih ada warga yang berdatangan saban Jumat memandikan anak mereka menggunakan air sumur tersebut.

“Kalau anak-anak di sini umur setahun, baik yang sudah bisa jalan maupun belum bisa jalan pasti dimandikan menggunakan air sumur ini,” ungkap dia.

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kasi Kesra) Desa Wiro, Yoga Pratama Putra, juga menjelaskan masjid di tengah perkampungan Dukuh Wiro itu sudah ada sebelum ada penduduk di kawasan sekitar masjid.

Penelitian pernah dilakukan untuk mengecek usia bangunan masjid itu dari salah satu material sebelum masjid dipugar. Material itu berupa batu bata berukuran besar yang diperkirakan berasal dari tahun 1600 masehi.

Soal air sumur, Yoga membenarkan air sumur masjid tersebut diyakini berkhasiat. Sejak dulu, air dari sumur itu digunakan untuk memandikan anak usia lebih dari satu tahun yang belum bisa berjalan. Seusai dimandikan di tempat itu.

Sesuai adabnya, Yoga menjelaskan air dari sumur ditimba dan kemudian dimasukkan ke kendi. Pancuran air dari kendi itulah yang kemudian digunakan untuk memandikan anak.

Tak hanya anak-anak dari Wiro, pada zaman dulu anak-anak dari wilayah lainnya kerap dimandikan di tempat itu dengan harapan agar bisa segera jalan.

Selain diyakini berkhasiat agar anak usia lebih dari satu tahun bisa segera berjalan, air sumur itu diyakini bisa untuk kesembuhan. Yoga pun sudah membuktikan anaknya yang sakit pada pencernaan selama beberapa waktu bisa segera sembuh setelah meminum air sumur itu.

Namun, Yoga mengingatkan permintaan kesembuhan tetap dipanjatkan kepada Yang Maha Kuasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya