Soloraya
Senin, 15 November 2021 - 15:14 WIB

Mati Suri 12 Tahun, Pemdes Bukuran Sragen Akan Hidupkan Lagi Rodat

Wahyu Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mementaskan tradisi Rodad di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Sragen. Foto diambil belum lama ini. (Istimewa/Bayu Setiawan)

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Sragen, akan menghidupkan kembali tradisi rodad yang telah mati suri selama 12 tahun. Tradisi rodat ini akan jadi salah satu kegiatan yang memeraihkan lomba lari malam SangiRun Night Trail 2021 di Museum Purbakala Sangiran, Kalijambe.

Sekretaris Desa Bukuran, Bayu Setiawan, menjelaskan akan menggelar Festival Budaya Oro-oro Bukuran selama dua hari sejak Sabtu (20/11/2021) pagi. “Kami mengangkat cerita sisi lain dari pemain rodat yang mayoritas petani. Oro-oro ini kan tempat para petani untuk meneduh ketika mencari pakan ternak,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (15/11/2021).

Advertisement

Bayu mengatakan rodat merupakan kesenian untuk mensyiarkan agama Islam di Bukuran sejak zaman penjajahan dan untuk persiapan melawan penjajah. Sedangkan seni bela diri, antara lain pencak silat dilarang oleh penjajah waktu itu seni.

Baca Juga: Tak Mampu Bertahan, 2 Korban Laka Karambol Sumberlawang Meninggal

“Nama Rodat ini diambil dari kata loro sahadat yang zaman dulu untuk mensyiarkan agama Islam,” kata dia.

Advertisement

Dia menjelaskan tradisi merupakan perpaduan musik salawatan yang diiringi rebana atau terbangan dan jedor. Salawatan dilantunkan dengan Bahasa Jawa dan Indonesia. “Para pemain terdiri atas sekitar 30 orang termasuk anggota cadangan. Ada tiga pengiring terbang dan satu jedor,” paparnya.

Menurut dia, tradisi rodat sempat mati suri selama 12 tahun terakhir. Umumnya tradisi ini dipentaskan pada hajatan.

Adapun rangkaian Festival Budaya Oro-oro Bukuran berupa kirab dan peresmian Kampung Rodat pada Sabtu. Pasar budaya dan kesenian berlangsung Minggu.

Advertisement

Baca Juga: Pesan Peduli Lingkungan dalam Resepsi Ngunduh Mantu di Sragen

“Ada 13 pedagang yang bergabung untuk menjajakan kuliner tradisional dan kerajinan. Kami mengangkat potensi Desa Bukuran,” ungkapnya.

Bayu menjelaskan bolu tiwul merupakan salah satu makanan khas Desa Bukuran. Sedangkan produk dari kerajinan, antara lain mangkok dari tempurung dan kancing pakaian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif