Soloraya
Rabu, 29 September 2021 - 11:54 WIB

Mau Menikah, Calon Pengantin di Pasung Klaten Wajib Tanam Buah-Buahan

Ponco Suseno  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Desa (Kades) Pasung, Kecamatan Wedi, Sumarsono, saat mengecek buah nangka di desanya, Sabtu (25/9/2021). Guna kawula muda agar bersedia menjadi petani milenial, Pemdes Pasung mulai mengembangkan agrowisata. (Ponco Suseno/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Desa (Pemdes) Pasung, Kecamatan Wedi mewajibkan warganya yang ingin menikah untuk menanam tanaman buah-buahan di lahan terbuka di desa setempat. Hal itu sudah dilakukan sejak tiga tahun terakhir.

Kepala Desa (Kades) Pasung, Kecamatan Wedi, Sumarsono, mengatakan di desanya telah mengembangkan agrowisata. Guna mendukung hal tersebut, warga di Pasung diminta proaktif mendukung agrowisata tersebut.

Advertisement

Baca Juga: Agrowisata Desa Pasung Klaten Punya Koleksi 1.000 Lebih Tanaman Buah

“Setiap bulannya, rata-rata ada satu warga yang menikah. Setiap menikah, warga bersangkutan harus menanam dua pohon buah-buahan. Jenis pohonnya bisa macam-macam,” kata Sumarsono, kepada Solopos.com, Rabu (29/9/2021).

Sumarsono mengatakan di desanya terdapat 4.000 jiwa. Jumlah tersebut tersebar di 14 dukuh atau 26 RT/12 RW.
“Untuk teknis penanaman terserah warga yang ingin menikah itu. Mau ditanam sendiri atau dibantu, terserah warga tersebut,” katanya.

Advertisement

Baca Juga: 5 Agrowisata di Soloraya ini Menarik Dikunjungi

Sebagaimana diketahui, Desa Pasung, Kecamatan Wedi, mengembangkan agrowisata, sejak empat tahun terakhir.

Hingga sekarang, Desa Pasung telah memiliki lebih dari 1.000 tanaman buah yang berada di pinggir jalan utama di desa setempat. Jenis tanaman tersebut, seperti nangka, kelengkeng, mangga, belimbing, jambu.

Advertisement

“Sesuai rencana, agrowisata di Pasung akan di-launching 2022,” kata Sumarsono.

Baca Juga: Kawasan Agrowisata Kelengkeng Grobogan Akhirnya Dibuka

Selain agrowisata, lanjut Sumarsono, Desa Pasung juga telah mengembangkan Pancingan Tirto Mili. Setiap harinya, pancingan tersebut sudah dikunjungi hingga 100 orang setiap harinya.

Diharapkan keberadaan agrowisata dan Pancingan Tirto Mili dapat mengembangkan pendapatan asli desa (PADesa) di waktu mendatang.
“Agrowisata ini juga untuk menarik perhatian kawula muda untuk bertani [menjadi petani milenial],” kata Sumarsono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif