SOLOPOS.COM - Warga berdesakan saat menunggu datangnya gunungan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kompleks Masjid Agung Solo, Jumat (1/12/2017). (Hijriyah Al Wakidiyah /JIBI/Solopos)

Gunungan berisi hasil bumi kemudian menjadi pusat perhatian.

Solopos.com, SOLO – Antusias ribuan masyarakat dari Solo dan sekitarnya tak terbendung sejak Jumat (1/12/2017) pagi. Mereka tumplek blek memadati halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengikuti acara Grebeg Maulud Nabi Muhammad SAW.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Seluruh pasang mata hidmat menatap pintu gerbang masjid. Sembari mendengarkan tausyiah dari takmir Masjid Agung, ribuan orang itu menanti penuh harap datangnya gunungan Sekaten.

Seorang nenek asal eromoko wonogiri, Parinem, bahkan sampai pingsan saat menunggu gunungan Sekaten. Parinem berangkat dari Eromoko bersama anak cucu serombongan naik bus.

“Sejak subuh berangkat dari Wonogiri belum sarapan. Mungkin itu yang bikin pingsan,” kata tetangga Parinem, Joko, yang juga datang dari Eromoko.

Setiba di Solo dia langsung antre di halaman Masjid Agung. Parinem pingsan sekitar pukul 10.17 WIB. Dia ditolong oleh anggota Linmas yang berjaga di antara kerumunan ribuan orang.

Seorang warga asal Gemolong, Sragen, Joko Waluyo, menyampaikan Grebeg Maulud adalah salah satu momen yang ditunggu masyarakat Solo dan sekitarnya. Joko Waluyo sudah menunggu gunungan sejak pukul 08.00 WIB. Dia datang tidak sendirian. “Saya juga ajak anak-anak saya. Supaya mereka juga tahu adat tradisi, tahu budaya Jawa termasuk grebeg di keraton semacam ini,” kata Joko.

Sekitar pukul 10.44 WIB, puluhan abdi dalem mendekati komplek Masjid Agung. Sepasang gunungan jaler dan gunungan estri, serta sepasang gunungan anakan tiba di halaman masjid.

Gunungan berisi hasil bumi itu kemudian menjadi pusat perhatian. Doa kemudian di bacakan. Namun, saat doa belum usai, orang yang percaya pada berkah gunungan tersebut langsung merengsek memperebutkan dua gunungan yang masih tinggal di halaman masjid.

Tidak ada lima menit, hasil bumi ludes jadi rebutan. Sebagian warga bahkan rela hanya bisa mendapatkan benda atau bambu bambu penyangga gunungan.

Grebeg Maulud ini merupakan lanjutan dari acara sekaten, yang telah dibuka pada pekan lalu dengan dikeluarkannya dua perangkat gamelan pusaka milik keraton yakni gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari ke komplek Masjid Agung Solo.

Kegiatan ini setiap tahun diadakan, namun pihak keraton menyebut keistimewaan Grebeg Maulud tahun ini adalah grebeg tahun dal yang jatuh setiap delapan tahun sekali. Pengageng Parentah Keratob Solo, K.G.P.H. Dipokusumo, menjelaska Grebeg Maulud tersebut menandai puncak perayaan Sekaten 2017. Prosesi Grebeg Maulud akan dilanjutkan dengan prosesi adang yang akan digelar Minggu (3/12/2017) malam di pawon Gondorasan.

Tradisi ini akan dilaksanakan sendiri oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII. Tradisi adang menggunakan dandang pusaka milik keraton yang sudah berusia lebih dari 500 tahun. “Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak jaman Demak abad XV dulu sampai sekarang. Inilah istimewanya Maulud tahun dal. Dulu saat Keraton Solo pindah dari Kartasura ke Solo, dandang ini ada yang menjaga, namanya Kyai Gondoroso. Sampai sekarang pun, tiga dandang itu masih disimpan oleh keturunan Kyai Gondoroso dan selalu dipakai dalam tradisi adang setiap delapan tahun sekali,” papar Dipo.

Dalam tradisi ini keaton akan menanak nasi sebanyak 70 kilogram dan nasi adang akan dibagiman kepada abdi dalem serta seluruh kerabat keraton pada Senin (4/12/2017) pagi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya