SOLOPOS.COM - ilustrasi (google img)

ilustrasi (google img)

SUKOHARJO–Sejumlah pengusaha mebel rotan di Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo kebat-kebit dengan minimnya bahan baku rotan. Di tengah minimnya pasokan bahan baku, pasar ekspor mulai terlibas mebel rotan produk China yang memiliki kualitas lebih baik dan membanjiri pasaran di Amerika, Eropa, Jepang, Korea dan sebagainya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Kami mengakui baik harga maupun kualitas masih kalah dari China. Untuk itu, kami siap meningkatkan kualitas. Hanya saja, masalah utama kami saat ini adalah langkanya bahan baku,” jelas Ketua Forum Rembug Klaster Mebel Rotan Desa Trangsan, Mujiman saat mengadu ke DPRD Sukoharjo di Gedung Dewan, Rabu (11/4/2012).

Menurut dia kalahnya persaingan barang-barang produk Trangsan dengan barang-barang mebeler produk Negeri Tirai Bambu itu tak terbantahkan ketika buyer asal Spanyol yang datang di Trangsan, membawa sampel barang tersebut. Saat itu sampel produk asal China yang kualitasnya dinilai jauh lebih bagus hanya dibanderol senilai Rp110.000 per unit.

Sedangkan, di Trangsan contoh mebel yang dibawa buyer asal Negeri Matador itu dibanderol Rp210.000. Karena itu, dia berharap pada Komisi II DPRD dan Pemkab Sukoharjo bisa mencarikan solusi terkait langkanya bahan baku rotan saat ini dan peningkatan keterampilan tenaga ahli di Trangsan.

Untuk pengadaan bahan baku, pengrajin meminta Pemkab menjalin kerja sama dengan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah yang selama ini menjadi sentra bahan baku rotan.

Dia menjelaskan jika bahan baku terpenuhi, pengrajin otomatis akan mulai berpikir untuk menaikkan kualitas produk. Para pengrajin juga mendukung sepenuhnya wacana pendirian Terminal Bahan Baku Rotan (TBBR) di Kecamatan Gatak.

Sedangkan Deputi Pemimpin BI Solo Bidang Ekonomi Moneter, Suryono menjelaskan, industri rotan di Trangsan mengalami banyak permasalahan. Salah satu yang menonjol masalah bahan baku rotan dan pendirian TBBR.

Suryono mengakui, setidaknya ada tiga skenario jika TBBR ingin direalisasikan.

Dia mengatakan BI dan akademisi telah melakukan studi kelayakan terkait TBBR. Skenario pertama membutuhkan modal Rp1,842 miliar. Dengan modal tersebut, diperkirakan akan mendapat keuntungan kira-kira 15%, sehingga bisa BEP dalam empat tahun tiga bulan.

“Skenario kedua dengan modal Rp2,8 miliar. Perkiraan untungnya juga lebih besar kira-kira 24% dan diperhitungkan akan BEP dalam empat tahun satu bulan,” papar dia.

Skenario ketiga membutuhkan dana Rp4,362 miliar dengan perkiraan keuntungan mencapai 35% dan akan BEP dalam empat tahun. Terkait TBBR, Suryono berharap Pemkab dapat memberi dana stimulan.

Sementara itu, Ketua Komisi II, Hasman Budiadi mengatakan, DPRD siap mendukung sepenuhnya terkait TBBR. Hanya saja, akan lebih baik jika eksekutif yang mengusulkan anggarannya ke DPRD. Dia juga berharap kerja sama dengan Katingan, Kalteng segera direalisasikan.

“Tergantung kesiapan Pemkab untuk menindaklanjuti. Mungkin langkah awalnya dengan melakukan kunjungan balasan ke Katingan,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya