Soloraya
Sabtu, 11 Mei 2013 - 00:45 WIB

MEI KELABU 1998 : 36 Penyair Tampilkan Karya Peringati Tragedi Mei 1998

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Sebanyak 36 penyair membawakan 98 karya bakal tampil dalam peringatan tragedi Mei 1998, Sabtu-Minggu (11-12/5/2013). Dalam peringatan tersebut juga digelar pemutaran film dokumenter yang mengangkat kisah korban peristiwa Mei 1998 di Solo.

Peringatan tersebut digagas oleh komunitas Jejer Wadon serta Komisi Nasional Anti Kekerasan (Komnas) Perempuan.

Advertisement

“Karya dari para penyair didokumentasikan dalam buku. Untuk film dokumenter mengisahkan korban tragedi Mei 1998 yang bisa survive. Film itu mengambil seting di Kota Solo,” ungkap Vera Kartika Giantari dari komunitas Jejer Wadon, Jumat (10/5/2013), di salah satu restoran di Kota Solo.

Dijelaskannya, kegiatan bakal digelar di dua tempat, yakni di Balai Soedjatmoko pada Sabtu (11/5/2013) serta Loji Gandrung Minggu (12/5/2013). “Kegiatan pada Minggu itu untuk proses pendidikan ke publik serta mengenalkan masyarakat pada peristiwa Mei 1998,” jelas dia.

Vera menuturkan peringatan tersebut dilakukan guna membuka kembali ingatan masyarakat terkait peristiwa Mei 1998. “Peringatan bukan untuk mengingatkan kita pada peristiwanya. Tetapi merawat ingatan jika saat itu ada sebuah tragedi nasional di Kota Solo dan banyak yang menjadi korban. Terbukti, banyak pemuda yang tidak mengetahui peristiwa ini,” urainya.

Advertisement

Pihaknya berharap peringatan tersebut bisa dilakukan secara berkelanjutan agar peristiwa Mei 1998 menjadi pembelajaran. “Kegiatan ini untuk melakukan trauma-healing secara bekrelanjutan sembari mentransfer ingatan generasi terkini, agar peristiwa serupa tidak terulang di masa datang,” katanya.

Anggota Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, menuturkan kegiatan tersebut digelar di Solo lantaran tragedi Mei 1998 tak hanya terjadi di Jakarta. “Ini mengingatkan desentralisasi karena persoalan tragedi Mei 1998 selama ini menitikberatkan  kejadian hanya di Jakarta. Padahal di daerah peristiwa itu juga terjadi,” terangnya.

Dijelaskannya, dalam rangkaian tragedi Mei 1998, perempuan juga menjadi korban. Hal itu terungkap berdasarkan hasil laporan dari tim gabungan pencari fakta (TGPF) tragedi Mei 1998.

Advertisement

Dia tak menampik kekerasan terhadap perempuan juga terjadi di Kota Bengawan saat peristiwa itu. hanya saja, Andy enggan menyebutkan jumlah kekerasan perempuan yang terjadi di Solo.

“Dari TGPF setidaknya tercatat 85 kasus kekerasan terhadap perempuan di seluruh daerah selama rangkaian tragedi Mei 1998. 52 kasus di antaranya pemerkosaan. Jadi tidak hanya persoalan kekerasan fisik saja,” papar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif