SOLOPOS.COM - Petani sorgum, Surono, 46, memeriksa tanaman sorgumnya di Kelurahan Mojopuro, Wuryantoro, Wonogiri, Kamis (7/9/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRISorgum sudah ditanam secara turun temurun dari nenek moyang di Wuryantoro, Wonogiri. Tanaman pangan ini bahkan disebut sebagai tanaman penyelamat bagi petani di Wuryantoro saat musim kemarau.

Sayangnya, komoditas ini belum banyak dimanfaatkan sebagai alternatif pangan lain selain padi, melainkan untuk pakan ternak. Surono, 46, sudah 12 tahun terakhir ini tak pernah absen menanam sorgum setiap kemarau tiba.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ia menanam sorgum di lahan sawah bekas ia menanam padi seluas 1 hektare (ha) di Kelurahan Mojopuro, Wuryantoro. Baru-baru ini, lahan seluas itu bisa menghasilkan biji sorgum lebih kurang 4 ton. Hasil panen itu dijual kepada pengepul seharga Rp6.600/kg.

“Hasilnya 2-4 ton kemarin. Itu karena tidak dirawat sama sekali. Hanya dibiarkan begitu saja. Tanpa air, tanpa pupuk. Kalau ada air, sedikit saja, hasil panennya bisa dua kali lipat, 8-9 ton sorgum. Biaya produksinya tidak sampai Rp1 juta. Hasilnya lumayan,” kata Surono saat berbincang dengan Solopos.com di lahan sorgumnya, Kamis.

Menurut Surono, asal sudah tumbuh, meski tak ada air dan tidak ada perawatan, petani pasti bisa panen sorgum. Sorgum hanya membutuhkan air pada saat awal penanaman benih. Itu pun tak perlu banyak. “Asal lembap sedikit, pasti tumbuh. Kalau sudah tumbuh pasti berbuah, panen,” ujar dia.

Petani asal Wuryantoro, Wonogiri, itu menyebut masa tanam sorgum tidak jauh berbeda dengan tanaman pangan lain seperti padi atau jagung, yaitu sekitar tiga bulan. Sayangnya selama ini pemanfaatan sorgum masih didominasi untuk pakan ternak alih-alih sebagai sumber pangan alternatif.

Dia menyampaikan sorgum sangat potensial menjadi alternatif tanaman pangan pengganti (subsitusi) padi. Apalagi tanaman itu sangat adaptif di berbagai kondisi tanah dan relatif mudah ditanam di berbagai daerah, baik pesisir, pegunungan, bahkan karst.

Standardisasi Harga Sorgum

Hanya, sorgum memang tidak bisa bertahan lama untuk disimpan setelah panen. Tanaman serealia ini hanya bisa bertahan paling lama sebulan di suhu ruangan. Hal itu yang menjadi alasan petani Wuryantoro tidak menanam tanaman ini sepanjang tahun, melainkan hanya sebagai tanaman pilihan kedua setelah padi.

Tanaman Sorgum wuryantoro wonogiri
Tanaman Sorgum. (Istimewa/Youtube MHS Channel)

Kendala lain, kata Surono, harga sorgum sangat tidak stabil dan masih bergantung dengan hukum pasar. Sebagai tanaman pangan, belum ada standardisasi harga untuk sorgum. Tetapi memang jika dilihat per tahun, harga sorgum pasti mengalami kenaikan. 

“Kendalanya itu, daya tahan untuk disimpan itu tidak lama. Makanya kami tetap pilih padi sebagai tanaman utama. Yang bisa menyimpan sorgum sampai bertahun-tahun ya pabrik, yang punya alat kedap udara. Sorgum selama disimpan di ruangan kedap udara bisa bertahan bertahun-tahun, musuhnya itu kutu,” ucap petani Wuryantoro, Wonogiri, itu.

Surono mengatakan komoditas sorgum dari Wonogiri biasanya dibeli pabrik-pabrik pengolahan makanan dan pabrik pakan ternak di berbagai daerah seperti Semarang, Surabaya, dan Sukoharjo. Ada beberapa pembeli yang menggunakan sorgum sebagai sumber pangan tetapi persentasenya sangat kecil. 

“Lidah kita yang biasa makan nasi biasanya memang kalau makan olahan sorgum ini agak aneh. Soalnya sorgum ini free gluten, jadi agak kasar. Beda dengan beras atau gandum yang lembut,” ucap dia.

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian Kecamatan Wuryantoro, Rebino, menuturkan sorgum yang ditanam petani Wuryantoro ada sorgum merah dan putih. Petani lebih banyak menanam sorgum merah dibandingkan sorgum putih.

Permintaan Sorgum untuk Sumber Pangan

Penyebabnya, sorgum putih lebih disukai burung. Petani kerap merugi ketika menanam sorgum putih karena banyak dimakan hama burung. Rebino menyampaikan selain sebagai bahan pakan, sebenarnya sorgum ini bisa menjadi bahan untuk berbagai olahan makanan.

Dia menyebut sorgum bisa menjadi tepung, brondong atau pop gum, dan sumber pangan pengganti padi atau jagung. “Di Wonogiri, tanaman ini sudah ditanam turun temurun dari nenek moyang. Sorgum dari dulu menjadi tanaman pendamping. Kalau kemarau, orang-orang tua di sini pasti menanam ini,” katanya.

Dia melanjutkan budi daya sorgum yang dikelola secara teratur dan benar oleh petani Wuryantoro, Wonogiri, baru berjalan sekitar 12-15 tahun terakhir ini. Dulu warga hanya menanam sorgum secara asal di pekarangan rumah.

sorgum wuryantoro wonogiri
Ilustrasi tanaman sorgum. (dok.solopos)

Rebino menyebut keunggulan lain tanaman sorgum selain tahan panas, juga bisa ditumpangsari dengan tanaman lain. Rebino mengungkapkan pada 2023 ini luasan tanam sorgum di Wuryantoro berkurang.

Faktor utamanya, lahan sawah yang sebelumnya ditanami padi sudah terlalu mengering bahkan ketika padi itu belum dipanen. Hal itu menyulitkan petani untuk menanam sorgum.

“Jadi, walaupun sorgum ini enggak butuh banyak air, tetapi waktu proses menanam, setidaknya tanahnya belum kering mengeras,” ucap dia.

Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Wuryantoro, Ana Rahmawati, menambahkan permintaan sorgum yang dimanfaatkan sebagai sumber pangan masih sangat minim. Sorgum dari Wuryantoro, Wonogiri, yang terserap pasar banyak digunakan untuk membuat pakan ternak. 

Bisa Berkali-kali Panen

“Kami sudah mulai coba mengolah sorgum agar bisa dikonsumsi sebagai bahan pangan. Kami membuat olahan turunan sorgum seperti brownies yang berbahan tepung sorgum dan berondong sorgum. Tetapi belum diproduksi massal. Dibuat ketika hanya ada pesanan,” kata dia.

Sementara itu, menurut data Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Wonogiri luas tanam sorgum pada 2023 ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu hanya 31 ha. Sementara selama lima tahun sebelumnya atau sejak 2018-2022 berturut-turut sebanyak 96 ha, 87, ha, 225 ha, 54 ha, dan 53 ha.

Selain Wuryantoro, daerah lain penghasil sorgum di Wonogiri yaitu Pracimantoro, Giritontro, Batuwarno, Eromoko, Tirtomoyo, dan Sidoharjo. Tetapi dari semua kecamatan itu, hanya Kecamatan Wuryantoro yang konsisten memproduksi sorgum setiap tahun.

Kepala Bidang Produksi Dispertan Wonogiri, Ridwan Jauhari, juga mengungkapkan komoditas sorgum itu bisa menjadi alternatif sumber pangan. Tetapi kenyataan di lapangan memang selama ini masih banyak untuk kebutuhan pakan ternak.



sorgum wuryantoro wonogiri
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat mengunjungi lahan sorgum di Kelurahan Mojopuro, Wuryantoro, Wonogiri, September 2013 lalu. (Dok Solopos)

Selain pangan, biji dan batang sorgum juga mengandung etanol yang bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Dia menambahkan keistimewaan lain dari tanaman sorgum ini, sekali tanaman ini tumbuh, petani bisa berkali-kali panen tanpa harus menanam dari awal.

Ketika selesai panen, mereka hanya perlu memotong batang sorgum di bagian bawah. Tanaman sorgum itu akan tumbuh lagi dan panen lagi. Begitu seterusnya.

Kebijakan dan Program Pengembangan Sorgum

“Kandungan bioetanol di dalam tanaman sorgum iu bisa jadi solusi energi terbarukan. Sayangnya, petani hanya menanam sorgum sebagai selingan. Kami maklum, soalnya harga sorgum memang tidak stabil,” kata Ridwan.

Dia melanjutkan luas tanam dan luas panen sorgum di Wonogiri, termasuk di Wuryantoro, tidak pernah stabil. Menurut dia, ada pola yang terus berulang soal pertanian sorgum ini.

Dia menjelaskan ketika harga sorgum tinggi, banyak petani yang berlomba-lomba menanam sorgum dengan harapan ketika mereka panen, harga masih tetap tinggi. Sayangnya sorgum ini masih bergantung pada hukum pasar.

Ketika produksi sorgum ini berlimpah dan dipanen secara masif, harga sorgum jatuh. Pada saat harga sorgum jatuh ini,  petani yang mau menanam sorgum lagi berkurang.

“Ketika petani yang sedikit ini panen, harga sorgum tinggi karena produksinya sedikit. Hukum pasar, sedikit barang, harga tinggi. Banyak barang harga rendah,” katanya.

Mengutip kebijakan dan program pengembangan sorgum Indonesia yang diunggah di laman tanamanpangan.pertanian.go.id, sorgum dinilai potensial untuk subsitusi beras dengan kandungan gizinya yang tinggi.

Sesuai Roadmap Sorgum 2022-2024, sasaran utama tanaman sorgum ini adalah sebagai food (makanan), feed (pakan ternak) dan fuel (bioetanol). Pada 2022, alokasi pertanaman sorgum di Indonesia seluas 15.000 ha.

Namun terjadi Automatic Adjusment (AA) sehingga alokasi diubah hanya menjadi 4.600 ha. Untuk 2023, pemerintah melakukan pengajuan alokasi seluas 100.000 ha melalui ABT 2023 dan Reguler seluas 15.000 ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya