Soloraya
Senin, 20 Maret 2023 - 09:48 WIB

Memotret Desa Sanggang, Salah Satu Desa Termiskin di Sukoharjo

Magdalena Naviriana Putri  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi permukiman warga di Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Jumat (17/3/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, masuk dalam salah satu desa di Kabupaten Sukoharjo yang menjadi prioritas pengentasan kemiskinan. Tercatat sebanyak 25 desa dari jumlah total 167 desa di Kabupaten Sukoharjo menjadi sasaran prioritas. Sementara Desa Sanggang menjadi prioritas pertama pengentasan kemiskinan tersebut.

Advertisement

Sejumlah 25 desa miskin di Sukoharjo di antaranya di Kecamatan Bendosari ada Manisharjo, Paluhombo, dan Puhgogor. Di Kecamatan Bulu ada Bulu, Kamal, Kedungsono, Ngasinan, dan Sanggang. Di Kecamatan Gatak ada Jati, Krajan, Trangsan.

Selanjutnya Desa Laban di Kecamatan Mojolaban;  Nguter, Celep, Jangglengan, Juron, Pesan, dan Serut di Kecamatan Nguter; Bugel di Kecamatan Polokarto; Grajegan, Pundungrejo, Tambakboyo di Kecamatan Tawangsari; dan Alasombo, Karangmojo, Karangtengah, Ngreco di Kecamatan Weru.

Advertisement

Selanjutnya Desa Laban di Kecamatan Mojolaban;  Nguter, Celep, Jangglengan, Juron, Pesan, dan Serut di Kecamatan Nguter; Bugel di Kecamatan Polokarto; Grajegan, Pundungrejo, Tambakboyo di Kecamatan Tawangsari; dan Alasombo, Karangmojo, Karangtengah, Ngreco di Kecamatan Weru.

Sesuai data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) , sedikitnya ada 91.002 keluarga miskin di Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah individu mencapai 364.761 jiwa.

Sekretaris Desa Sanggang, Joko Santoso, menyebut kemiskinan yang terjadi di desanya tak seperti yang digambarkan dalam data P3KE. “Kalau dikatakan miskin sebetulnya tidak, rumahnya bagus-bagus karena kalau ada bantuan pasti ingin mengajukan. Kalau dari segi ekonomi sebetulnya sudah mapan, kemiskinan ekstrem tinggal sedikit lah. Miskin dari kriteria bagaimana juga susah ditentukan,” jelas Joko saat ditemui di Balai Desa setempat, Jumat (17/3/2023).

Advertisement

Bahkan pembagian bantuan itu harus dirembuk banyak pihak dengan mengajak badan permusyawaratan desa (BPD). Karena BLT menurutnya menjadi satu-satunya jalan pertolongan pada warga lanjut usia.

Di Desa Sanggang bantuan untuk rumah tak layak huni (RTLH) pada awal program cukup banyak keluarga yang mendapatkan. Bahkan Joko menyebut bantuan tersebut menyasar ratusan rumah  dengan nilai bantuan per rumah sekitar Rp10 juta.

Bantuan RTLH tersebut hanya stimulan dan harus mencari warga yang benar-benar siap mau menerima. Karena pemilik rumah juga harus swadaya menyiapkan sisa kebutuhan dana. Pada 2023 ini bantuan RTLH hanya akan menyasar sekitar tujuh rumah warga.

Advertisement

Pada bagian lain, Joko menyebutkan kesadaran pendidikan warganya kini meningkat. Sebelumnya banyak warga tak mau sekolah hingga harus mengambil Kejar Paket B atau Paket C.

“Kalau untuk pendidikan saat ini sumber daya manusia (SDM) warga Desa Sanggang paling minim SMA. Kalau dulu diajak sekolah saja susah. Ikutnya Kejar Paket B,C seperti itu dulu. Disuruh sekolah enggak mau, sekarang kesadarannya lebih tinggi banyak anak yang sekolah, banyak juga yang diajak hidup merantau sehingga mainsetnya berubah,” ujarnya.

Letak geografis Desa Sanggang yang berada di wilayah perbukitan bukan menjadi alasan sepinya desa. Dia bahkan menyebut Desa Sanggang banyak dicari investor, entah untuk menanam tanaman keras atau pengerukan tambang galian C. Tanaman keras tersebut dipilih karena tanaman buah banyak di serang monyet liar. Sementara tambang galian C juga menjadi daya tarik lain meskipun dia mengakui sebenarnya desa tidak mengizinkan operasional tambang galian C.

Advertisement

Pendapatan asli desa (PAD) Sanggang sangat minim. Sektor perkebunan menjadi satu-satunya potensi desa sekaligus warganya. Tak tersedia lahan pertanian di sana.

Keberadaan Embung Cerme menjadi salah satu tumpuan Desa Sanggang dan warganya untuk meningkatkan perekonomian. Namun pengelolaan Embung Cerme sebagai salah satu destinasi wisata belum optimal.

Tak Padat dan Sepi

Dari penelusuran Solopos.com, sebagai salah desa termiskin di Sukoharjo, permukiman di Sanggang tak sepadat di desa  lain. Terutama jika dibandingkan dengan  desa yang berada di perkotaan.

Kondisi permukiman warga di Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Jumat (17/3/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Rumah-rumah di Desa Sanggang terbilang cukup besar dengan struktur bangunan kebanyakan seperti rumah joglo. Rumah-rumah tersebut juga memiliki pekarangan cukup luas dengan jarak antar rumah yang tak terlalu rapat.

Karena tak terlalu padat, kawasan permukiman di Desa Sanggang terbilang sepi. Sedikit warga yang beraktivitas di luar rumah. Berdasarkan data dalam laman sukoharjokab.go.id jumlah penduduk di Desa Sanggang sebanyak 2.936 jiwa. Jumlah penduduk tersebut masih terbilang banyak jika dibandingkan dengan desa miskin lain di Kecamatan Bulu yakni Kamal, Puron, dan Karangasem.

Lahan perkebunan di Sanggang juga cukup luas. Namun di sepanjang jalan masih banyak ditemukan kawanan monyet yang mencari makanan di kebun warga. Jalan-jalan di Desa Sanggang sudah beraspal dan terbilang mulus dengan sedikit lubang namun sepi pengendara.

Kondisi geografis Desa Sanggang yang berada di perbukitan mengakibatkan jalanan di desa setempat cukup berkelok. Tak jarang kelokan itu diikuti struktur tanah yang naik-turun. Di sepanjang sisi jalan di kawasan desa juga masih banyak ditemukan pohon rindang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif