Soloraya
Minggu, 24 November 2013 - 11:52 WIB

Mempertebal Cinta Tanah Air Lewat Karnaval Budaya...

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelajar SDN 2 Ngadirojo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri mengenakan pakaian Kethek Ogleng saat mengikuti Festival Reog dan Karnaval Seni Budaya dengan star dari Lapangan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (23/11/2013). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Pelajar SDN 2 Ngadirojo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten
Wonogiri mengenakan pakaian Kethek Ogleng saat mengikuti Festival Reog dan Karnaval Seni Budaya dengan star dari Lapangan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (23/11/2013). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Puluhan pelajar SDN 2 Ngadirojo Lor, Kecamatan Ngadirojo meloncat kecil saat masuk ke tengah Lapangan Ngadirojo,  Wonogiri, Sabtu (23/11/2013). Sesekali di antara mereka berhenti dan menengok ke belakang seperti menunggu rekan-rekannya. Berseragam serba putih dengan kombinasi kuning, hitam dan kotak hitam putih.

Advertisement

Seragam itu adalah seragam khas seni Kethek Ogleng yang menjadi ikon Kabupaten Wonogiri. Gerakan segerombolan Kethek Ogleng yang dipimpin seniman Kethek Ogleng Wonogiri, Maryono bak serombongan kera yang turun gunung. Di antara gerakan mereka, terdengar alunan drum band dan tetabuhan gong pengiring seni reog. Suara aneka musik menambah riuhnya suasana lapangan.

Mereka itulah peserta Festival Reog dan Karnaval Seni Budaya. Tak hanya suara musik, pakaian peserta pun beraneka ragam, mulai dari warok, pakaian adat Irian dengan rumbai dedaunan, baju adat Jawa, Aceh dan pakaian adat NKRI lain.

Advertisement

Mereka itulah peserta Festival Reog dan Karnaval Seni Budaya. Tak hanya suara musik, pakaian peserta pun beraneka ragam, mulai dari warok, pakaian adat Irian dengan rumbai dedaunan, baju adat Jawa, Aceh dan pakaian adat NKRI lain.

Peserta karnaval berjalan kaki sejuah empat kilometer mengitari rute dalam Kota Kecamatan Ngadirojo dari Lapangan Ngadirojo-Sanggrahan-simpang empat Gudang Kapuk, Dusun Randusari-Pasar Ngadirojo dan finis di lapangan kecil depan Kantor Kecamatan Ngadirojo.

Kegiatan dalam rangka Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, Hari Guru, Hari PGRI, Hari Korpri, Hari Kesehatan itu menurut Camat Ngadirojo, Agus Hendardi sengaja disatukan.

Advertisement

Mantan Camat Puhpelem, menjelaskan kegiatan diikuti 11 desa/kelurahan se-Ngadirojo, pelajar dan masyarakat umum. Menurutnya, seni budaya yang mengakar di masyarakat perlu dilestarikan.  “Salah satunya dengan menggelar festival dan karnaval sehingga generai muda saat ini mengerti dan memahami budaya lokal. Tak larut dengan budaya metropolitan yang memetingkan sikap dan sifat egoisme. Budaya lokal kental dengan keguyuban,” jelasnya.


Seniman reog asal Desa Mlokomanis Wetan, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri beratraksi saat mengikuti Festival Reog dan Karnaval Seni Budaya, Sabtu (23/11/2013). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Dari budaya ini diharapkan mental cinta tanah air atau NKRI semakin terpatri. “Ada delapan seni reog dan 19 seni budaya kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat Ngadirojo. Dengan seni budaya kita satukan kebersamaan dalam perbedaan.”

Advertisement

Tokoh masyarakat Ngadirojo, seperti Suhardi, 67, Parman, 54 dan Parno, 80, berharap Festival Reog dan Karnaval Seni Budaya menjadi ajang rutinitas. “Jika tidak bisa dilaksanakan setiap tahun bisa dua tahun atau tiga tahun. Yang penting seniman dan orang-orang yang senang seni mendapat sarana atau wadah mengekspresikan diri,” ujar Suhardi.

Sementara Bupati Wonogiri, Danar Rahmanto menegaskan, nusantara terdiri berbagai ribuan suku budaya. Menurutnya, suku budaya menjadi perekat NKRI.

“Kami berharap generasi penerus bangsa paham budaya yang benar karena budaya merupakan menifestasi NKRI. Mental anak bangsa tak hanya memiliki  budaya luhur yang pandai berpakaian tetapi mental kepribadian tak luntur dengan budaya barat.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif