SOLOPOS.COM - Kendala underpass joglo molor karena proses pengadaan lahan ditargetkan rampung pada Juli 2023 dan konstruksi dilakukan setelah pembayaran ganti rugi selesai. (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO – Simpang tujuh Joglo di wilayah Banjarsari bakal ditutup total pada Sabtu (15/7/2023) malam. Penutupan total ruas jalan itu berpotensi menimbulkan dampak pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

Penutupan jalan dilakukan guna merampungkan pengerjaan proyek rel layang. Sesuai lini masa, penutupan akan dilakukan selama empat bulan hingga akhir November mendatang.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Proyek rekontruksi rangka jembatan tahap tiga dalam pembangunan rel layang atau elevated rail Joglo mulai dikerjakan selepas penutupan total simpang tujuh Joglo, Banjarsari pada 15 Juli. Kendaraan berat dilarang melewati ruas jalan dalam kota dan dialihkan melewati jalan tol.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Taufiq Muhammad, mengatakan telah merancang rekayasa lalu lintas saat penutupan jalan di simpang tujuh Joglo selama empat bulan.

Rekayasa lalu lintas itu bisa diterapkan setelah Jalan Ahmad Yani tepatnya Viaduk Gilingan kembali dibuka untuk kendaraan bermotor pribadi.

“Simpang Joglo dan Viaduk Gilingan saling berhubungan lantaran jaraknya cukup dekat. Penutupan simpang tujuh Joglo menunggu Viaduk Gilingan dibuka. Sekarang viaduk sudah dibuka sehingga simpang Joglo ditutup total sesuai lini masa pembangunan rel layang,” kata dia, Rabu (12/7/2023).

Menurut Taufiq, pembukaan Jalan Ahmad Yani di Viaduk Gilingan diharapkan mampu mengurai kemacetan lalu lintas akibat penutupan simpang tujuh Joglo. Mobil dan sepeda motor bisa melewati Viaduk Gilingan. Sedangkan, kendaraan berat tetap diarahkan melewati ruas jalan tol.

Soal rute jalur alternatif, Taufiq menyampaikan para pengguna jalan bisa melewati jalur alternatif selama simpang tujuh Joglo ditutup.

“Jalur-jalur alternatif menuju dalam kota tak beda jauh saat penutupan Jalan Solo-Purwodadi. Ya memang agak memutar sedikit tapi tidak begitu jauh. Lewat simpang Ngemplak bisa atau jalan perkampungan,” ujar dia.

Sementara itu, Site Manager PT WIKA-BKU KSO, Dendy Purbowo, mengatatakan pekerjaan rekontruksi rangka jembatan tahap tiga mulai dikerjakan setelah penutupan simpang tujuh Joglo pada akhir pekan ini. Pemasangan rangka jembatan tahap tiga merupakan tahap akhir fase I pembangunan jalur rel ganda.

Setelah pemasangan rangka jembatan rampung langsung dilanjutkan dengan pengerjaan pengecoran lantai beton. “Baru dipasang rel kereta api dan proses pengujian untuk memastikan jalur rel benar-benar kuat dan kokoh. Jadi, pekerjaan pemasangan rangka jembatan memang harus menutup total simpang Joglo dengan mempertimbangkan faktor keselamatan,” kata dia.

Buat Jalan Baru

Pengamat transportasi asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bambang S. Pujantiyo, mengatakan pemerintah harus membuat jalan baru sebelum menutup total ruas jalan.

“Itu sudah Standard Operational Procedure [SOP] penutupan jalan. Harus dibuat dulu jalan baru untuk pengguna jalan. Pertanyaannya, anggaran membuat jalan baru cukup besar. Itu sudah tanggung jawab pemerintah. Jadi bukan menyiapkan jalan alternatif melainkan membuat jalan baru,” kata dia, Rabu (12/7/2023).

Menurut Bambang, anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur cukup besar. Semestinya, pemerintah membuat akses jalan baru sebelum menutup total Simpang Joglo.

Banyak dampak yang ditimbulkan akibat penutupan simpang tujuh Joglo selama berbulan-bulan. Kemacetan lalu lintas bakal terjadi di wilayah Banjarsari dan Jebres.

“Kalau macet itu pasti macet. Penutupan jalan bakal menimbulkan kemacetan parah yang merugikan masyarakat. Rugi waktu, rugi bahan bakar umum (BBM). Biaya pembangunan infrastruktur itu kan berasal dari rakyat. Lantas mengapa justru yang dirugikan masyarakyat,” ujar dia.

Selain itu, penutupan jalan bakal menimbulkan dampak pada tiga aspek utama dalam kehidupan sehari-hari, yakni aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Pemasukan para pelaku usaha di sekitar simpang tujuh Joglo bakal merosot tajam akibat penutupan jalan secara total. Para pelanggan usaha bakal kebingungan mencari jalur alternatif menuju lokasi usaha tersebut.

Kemudian, aspek sosial yang berdampak langsung terhadap para warga yang berdomisili di sekitar simpang tujuh Joglo.

“Masyarakat yang tinggal di wilayah Banjarsari juga dirugikan. Meski tidak bisa diukur dengan rupiah. Tapi tetap dirugikan, jadi sama saja,” papar dia.

Terakhir, penutupan jalan selama berbulan-bulan juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup. Seperti debu dan kotoran yang muncul selama pengerjaan proyek fisik di simpang tujuh Joglo.

Dosen Fakultas Teknik UNS itu menambahkan pemerintah harus mengoptimalkan moda transportasi umum untuk mengurai kemacetan lalu lintas.

Selama ini, layanan transportasi publik di Solo mengandalkan armada Batik Solo Trans (BST) yang melayani enam koridor ditambah enam koridor lain khusus angkutan pengumpan atau feeder.

“Pertumbuhan kendaraan bermotor tidak bisa dibendung. Setiap tahun, jumlah kendaraan bermotor selalu bertambah. Nah, solusinya membenahi sistem moda transportasi publik. Sehingga, masyarakat memilih menggunakan transportasi publik dibanding kendaraan pribadi,” kata dia.

 



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya