SOLOPOS.COM - Persentase kemiskinan di tujuh daerah Soloraya. (Whisnu Paksa/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Pengentasan kemiskinan ekstrem menjadi prioritas utama kebijakan pemerintah sampai 2024. Hal ini harus didorong dengan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di kantong-kantong kemiskinan di perkotaan.

Hal ini diungkapkan staf fungsional statistisi Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, Leni Kurniati, saat kegiatan Sosialisasi Indikator Makro di Hotel Royal Heritage Solo, Selasa (12/9/2023). Dalam kesempatan itu, Leni sebagai pemateri internal BPS Solo yang mengupas aspek kemiskinan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Menurut Leni, kemiskinan ekstrem masih menjadi tantangan berat pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Terlebih, pemerintah menargetkan kemiskinan ekstrem turun menjadi zero atau 0 persen pada 2024.

“Angka kemiskinan di setiap daerah, termasuk Kota Solo meningkat pada periode 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19. Ini terjadi secara nasional karena muncul wabah yang memukul berbagai sektor kehidupan,” kata dia, Selasa.

Upaya pengentasan kemiskinan ektrem bisa terealisasi dengan dibarengi tranformasi ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga inflasi harga komoditas pangan. Selain itu, peningkatan pendapatan kelompok miskin ekstrem dengan menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya.

Hal ini harus melibatkan lintas sektoral dengan memanfaatkan big data yang valid dan akurat.

“Sinergitas program yang melibatkan berbagai lini untuk mengentaskan upaya pengentasan kemiskinan ekstrem. Namun, saya yakin program-program Pemkot Solo mampu memperpendek jarak dan ketimpangan penduduk miskin,” kata dia.

Merujuk data Surakarta Dalam Angka 2023, angka kemiskinan di Kota Bengawan pada 2022 berkurang 2,85 ribu jiwa atau 2.850 jiwa. Sementara, angka kemiskinan pada 2021 sebanyak 48,79 ribu jiwa atau sekitar 9,40% dari penduduk Solo.

Hal ini tak lepas dari  torehan positif dicapai Kota Solo yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022. Pada periode itu, pertumbuhan ekonomi di Solo meningkat signifikan, yakni sebesar 6,25% atau lebih tinggi dibandingkan capaian pada 2021 yang tumbuh 4,01%. Artinya, ada lonjakan pertumbuhan ekonomi lebih dari dua persen sepanjang 2022.

Catatan Solopos.com, pertumbuhan ekonomi di atas enam persen ini belum pernah terjadi selama enam tahun terakhir.

Saat masa pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi di Solo terkontraksi sebesar -1,76%. Sebelum pandemi atau dalam kurun 2016-2019, pertumbuhan ekonomi di Solo masih di bawah enam persen. Paling tinggi tercatat pada 2019, yakni sebesar 5,78%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya