Soloraya
Sabtu, 21 Oktober 2023 - 07:07 WIB

Mendoakan Leluhur dan Merefleksi Sejarah Panjang Radya Pustaka Solo

Afifa Enggar Wulandari  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pegawai Museum Radya Pustaka dan UPTD Museum Kota Solo berfoto bersama seusai berziarah di Kompleks Makam Imogiri, DIY, Senin (16/10/2023) (Istimewa/Dokumentasi Museum Radya Pustaka)

Solopos.com, SOLO–Sejumlah pegawai Museum Radya Pustaka Solo berziarah ke Kompleks Makam Imogiri, Bantul, DIY, Senin (16/10/2023). Tradisi rutin ziarah leluhur biasa dilakukan setahun sekali jelang hari ulang tahun (HUT) Museum Radya Pustaka yang jatuh pada 28 Oktober.

Kepala UPTD Museum Kota Solo, Bonita Rintyowati juga membersamai para konservator, tenaga teknis, filolog, dan pegawai Museum Radya Pustaka.

Advertisement

Rombongan peziarah berangkat dari Kota Solo, Senin pagi. Mereka membawa semangat optimisme menuju HUT 133 tahun Museum Radya Pustaka. Di balik optimisme itu, mereka tak lupa dengan para pendahulu. Mereka berziarah dengan membawa rasa hormat dan doa bagi para leluhur.

Ziarah di Makam Imogiri menjadi bentuk penghormatan kepada pendahulu museum. Tenaga Teknis Kurator Museum Radya Pustaka, Bangkit Supriyadi mengatakan, ada 17 pegawai yang ikut berziarah.

Advertisement

Ziarah di Makam Imogiri menjadi bentuk penghormatan kepada pendahulu museum. Tenaga Teknis Kurator Museum Radya Pustaka, Bangkit Supriyadi mengatakan, ada 17 pegawai yang ikut berziarah.

“Peserta magang pun diajak. Harapannya bisa memberikan pengetahuan sejarah, pengalaman, sekaligus mengajarkan bagaimana merawat hubungan dengan para pendahulu,” kata Bangkit saat ditemui di museum, Jumat (20/10/2023).

Setiba di Kompleks Makam Imogiri, para rombongan peziarah harus ganti busana sesuai aturan. Peziarah perempuan mengenakan kain jarit sebatas dada (kemben). Sementara peziarah laki-laki memakai kain jarit dan baju atau ageman pranakan seperti yang dikenakan oleh para abdi dalem Keraton Ngayogyakarta.

Advertisement

Di antaranya pendiri Museum Radya Pustaka Patih Sosrodiningrat IV, Ketua Museum Radya Pustaka periode 1899-1905 RTH Djajadiningrat, Ketua Museum Radya Pustaka periode 1905-1914 RTH Djajanagara, Ketua Museum Radya Pustaka periode 1914-1926 KRMH Wuryaningrat, Ketua Museum Radya Pustaka periode 1926-1960 sekaligus konservator museum KGP Hadiwidjaja.

Tak lupa, rombongan juga berziarah ke makam Raja-Raja Keraton Solo. Hal itu tak lepas dari peran serta tokoh atau pun Keraton Solo dalam keberlangsungan Museum Radya Pustaka.

Bangkit mencontohkan peran putra mahkota PB IV atau Raden Mas Sugandi. Tokoh tersebut merupakan pembuat Canthik Rajamala, salah satu koleksi ikonik Museum Radya Pustaka. Raden Mas Sugandi pada akhirnya meneruskan tahta menjadi PB V.

Advertisement

“Karena satu kompleks, kita juga ziarah ke makam para Raja Pakubuwono. Beliau semua punya peran dalam keberlangsungan museum,” kata dia.

Pendiri Museum Radya Pustaka adalah Patih Sosrodiningrat IV, yang juga merupakan patih dari Pakubuwono IX. Karenanya, rombongan peziarah Museum Radya Pustaka juga berziarah ke makam PB IX. Sebab PB IX lah yang kala itu menjabat ketika Paheman Radya Pustaka didirikan pada 1930.

Bangkit berharap tradisi berziarah ke makam leluhur terus terjaga. Sebab dengan itu, para pegawai bisa terus mendoakan, merawat kekeluargaan, dan mengingat jasa para leluhur museum.

Advertisement

Momentum ziarah juga menjadi refleksi atas sejarah panjang Paheman Radya Pustaka menjadi Museum Radya Pustaka dan hingga 2023 ini sudah berusia 133 tahun.

“Bagaimana pun beliau-beliau yang membuat Radya Pustaka bisa moncer [jaya],” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif