SOLOPOS.COM - Raden Mas Said atau Pangeran Mangkunegara I yang berjuluk Pangeran Samber Nyawa. (civitasbook.com).

Solopos.com, SRAGEN — Wilayah Bumi Sukowati menjadi saksi bisu perjalanan hidup Raden Mas Said yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa sebelum menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.

Perjalanan di tanah Sragen itu terjadi saat ia masih bersekutu dengan Pangeran Sujono atau Pangeran Mangkubumi dalam Perang Mangkubumen (1746-1755).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pangeran Mangkubumi kemudian menjadi Sultan Hamengku Buwono (HB) I setelah Perjanjian Giyanti yang diadakan di Dukuh Kerten, Desa Jantiharjo, Kabupaten Karanganyar, 13 Februari 1755.

Kabid Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Johny Adhi Aryawan, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (8/3/2022), berkisah tentang jejak-jejak Sambernyawa di Bumi Sukowati. Informasi yang Johny sampaikan didasarkan pada Babad Kemalon dan Babad Giyanti.

Baca Juga: Ahli Strategi Perang, Pangeran Sambernyawa Juga Pencipta Tarian Sakral

Dia menyebut dua babad itu merekam pergerakan dalam konteks Perang Mangkubumen, bukan dalam konteks Mangkunegara berdiam di Bumi Sukowati.

“Saat bersekutu dengan Pangeran Mangkubumi, markas Raden Mas Said berada di Mojogedang. Sementara markas Raden Mas Sujono berada di Gebang, Masaran. Mereka berkomunikasi lewat utusan beberapa kali karena dalam situasi bergerilya saat melawan VOC. Kami masih mencari data yang lebih akurat tentang rute perjalanan beliau di Sragen,” ujarnya.

Pangeran Sambernyawa sempat berperang di wilayah Kuwu, Kabupaten Grobogan, dan kalah karena prajuritnya tinggal 20 orang.

Johny kemudia menyebut ada daerah yang bernama Lawang yang menjadi titik terakhir perjalanan Pangeran Sambernyawa sebelum berunding dengan Hindia Belanda di Salatiga. Dia menerangkan di Lawang inilah ada utusan dari Hindia Belanda yang menemui Pangeran Sambernyawa untuk berunding.

Baca Juga: Sapta Tirta Karanganyar Ternyata Pertapaan Pangeran Sambernyawa

Johny menduga Lawang yang dimaksud adalah Sumberlawang karena lokasinya yang berdekatan dengan jalur pergerakan pasukan militer Hindia Belanda.

“Nama Lawang itu ada dua, yakni di Grobogan dan di Sragen. Dalam konteks Sragen, Lawang yang dimaksud Sumberlawang. Jaraknya dengan Kuwu sekitar 40 km, sama halnya dengan jarak Lawang-Kuwu di Grobogan juga 40 km,” katanya.

“Pangeran Sambernyawa melakukan perjanjian di Salatiga sehingga menjadi KGPAA Mangkunegara I,” ujarnya.

Johny juga menemukan jejak Pangeran Sambernyawa di wilayah Desa Jekawal, Kecamatan Tangen, Sragen. Di tempat itu ada sebuah punden yang bernama Kandang Majapahit. Di lokasi itulah diduga berlangsungnya pernikahan Pangeran Sambernyawa dengan putri Pangeran Mangkubumi.

“Tempat itu cukup monumental tetapi tidak ditemukan bekas-bekas bangunan pendapa. Kemungkinan lokasi itu markas gerilya,” jelasnya.

Baca Juga: Kisah Pangeran Sambernyawa, Saat Kecil Hidupnya Terlunta-lunta

Selain itu, di Dukuh Glagah di Kecamatan Gesi juga ditemukan petilasan Mas Ayu Tejawati yang merupakan Ibunda Pangeran Mangkubumi, serta istri Pangeran Sambernyawa yakni Raden Ayu Inten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya