Soloraya
Sabtu, 22 Mei 2021 - 14:57 WIB

Menengok Eksistensi Sentra Jamu Kismoyoso Boyolali di Tengah Pandemi

Bayu Jatmiko Adi  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sunarto, warga Gambirsari, Desa Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali, Sunarto, meracik jamu di rumahnya, Selasa (11/5/2021). (Solopos-Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI -- Puluhan warga Desa Kismoyoso, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hingga kini masih setia menekuni usaha pembuatan jamu tradisional.

Salah satu warga pelaku usaha jamu itu adalah Sunarto, warga Gambirsari RT 002/RW 010, Desa Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali. Pada Selasa (11/5/2021), Sunarto terlihat sibuk menyiapkan dan menumbuk bahan-bahan untuk membuat jamu di dapur rumahnya.

Advertisement

Usaha jamu merupakan usaha keluarga yang sudah dijalankan sejak puluhan tahun lalu. Bermula dari orang tuanya dulu serta beberapa warga setempat yang juga sudah menjalani usaha jamu. Kemudian menurun kepada dirinya yang sebelumnya dilakukan sang istri.

Baca juga: Serunya Bakdan Sapi di Boyolali, Warga Mengarak Ternak Keliling Kampung

Advertisement

Baca juga: Serunya Bakdan Sapi di Boyolali, Warga Mengarak Ternak Keliling Kampung

Setelah istrinya meninggal tepat pada momentum pemilihan kepala daerah 2020 lalu, dia yang kini turun tangan. Jika sebelumnya dia sering bekerja ikut proyek pembangunan, kini dia fokus meneruskan usaha jamu yang sebelumnya dijalani istrinya.

"Dulu ibu saya, orang tua, ada sekitar empat orang di kampung sini yang menjual jamu. Kemudian ikut dipelajari istri saya, dan akhirnya bisa berdiri sendiri," tutur dia.

Advertisement

Baca juga: Begini Paparan Polisi soal Musibah Perahu Wisata di Kedung Ombo

"Untuk bahan-bahan, kami beli di Pasar Gede dan Pasar Legi [Solo]. Kemudian sekitar pukul 03.00 WIB, kami sudah mulai meracik membuat jamunya. Selanjutnya sekitar pukul 05.30 WIB sudah mulai keliling menjual jamu," lanjut dia.

Berkeliling ke Kampung-Kampung

Penjualan jamu dilakukan secara tradisional. Dulunya warga setempat menjual jamu dengan cara digendong dan berkeliling ke kampung-kampung. Namun saat ini beberapa orang termasuk Sunarto menggunakan sepeda motor untuk menjajakan jamu.

Advertisement

"Ada juga yang masih menjual dengan digendong, ada empat orang. Tapi biasanya juga diantar dulu oleh anaknya sampai ke lokasi tujuan, kemudian pulangnya juga dijemput. Kalau lainnya dengan sepeda motor sendiri," kata dia.

Lokasi yang dituju untuk menjual jamu adalah daerah-daerah di sekitar Desa Kismoyoso. Seperti di wilayah Kecamatan Nogosari, Kalijambe, Selokaton, Mangu, dan sebagainya.

Harga yang ditawarkan untuk menikmati jamu tradisional buatan warga Kismoyoso sekitar Rp2.500 per gelas.

Advertisement

Baca juga: Cerita Tim SAR UNS Evakuasi Korban Perahu Terbalik di WKO Boyolali: Berjibaku dengan Air, Lumpur, dan Darah

Kepala Desa Kismoyoso, Siyamto, menuturkan, selain di Dusun Gambirsari, pelaku usaha jamu juga tersebar di dusun-dusun lainnya. Menurutnya total ada sekitar 75 pelaku usaha jamu di Desa Kismoyoso.

Dia menjelaskan sentra jamu di desa tersebut sudah terbentuk cukup lama dan sudah turun-temurun. Untuk itu pihaknya berencana untuk terus mengembangkan potensi desa tersebut.

"Kemarin sudah dibentuk kelompok. Tapi karena pandemi, belum bisa berjalan optimal. Kami berharap ke depan setiap warga Kismoyoso memiliki lahan yang bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman jamu. Dengan begitu bukan hanya pembuat dan penjual saja yang ada, namun dari segi bahan baku juga tercukupi di desa ini," jelas dia.

Hasil Kebun Tertampung

Menurutnya untuk saat ini belum ada lahan khusus yang digunakan untuk menanam tanaman obat tradisional yang bisa dibuat jamu. Jika hal itu bisa diwujudkan diharapkan potensi jamu di Desa Kismoyoso bisa lebih optimal.

Baik pelaku usaha jamu dan warga pemilik tanaman jamu juga akan sama-sama diuntungkan. Sebab pelaku usaha jamu tidak perlu jauh-jauh mencari bahan baku. Warga pun akan diuntungkan karena hasil kebunnya langsung bisa tertampung.

"Untuk saat ini kalau di lingkup rumahan ada [tanaman obat-obatan], tapi belum komplet. Mungkin tanah kas desa juga bisa dipakai untuk pengembangan bahan baku jamu itu ke depannya," lanjut dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif