SOLOPOS.COM - Karyawan mengaduk adonan di tempat usaha pembuatan jenang ayu di Wedi, Klaten, belum lama ini. (Istimewa)

Solopos.com Stories

Solopos.com, KLATEN — Ramadan dan menjelang Lebaran menjadi  masa-masa paling sibuk di dapur usaha pembuatan jenang ayu di Kecamatan Wedi yang menjadi sentra oleh-oleh jenang khas Klaten. Selain Jenang Ayu Niten, di kecamatan tersebut bermunculan tempat produksi jenang seperti di wilayah Desa Pacing.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menjelang momen Lebaran seperti saat ini, para perajin sibuk memenuhi pesanan yang meningkat. Seperti di tempat produksi jenang ayu Bu Sono di Desa Pacing, Wedi. Kesibukan dapur produksi meningkat sejak awal Ramadan seiring berdatangannya pesanan.

Salah satu pengelola jenang ayu Bu Sono, Nitha Fatmawati, menjelaskan pesanan sudah berdatangan sejak awal Ramadan. Jika pada hari biasa tempat usaha itu mengolah 1-2 kali adonan jenang, sejak awal Ramadan ini jumlah adonan yang diolah meningkat tiga hingga empat kali dalam sehari.

Meski pesanan meningkat, proses produksi jenang ayu yang menjadi oleh-oleh khas Klaten itu tetap dilakukan secara tradisional demi menjaga kualitas dan rasa. Kesibukan di dapur tempat produksi pun terasa sejak Subuh. Bahkan, saat malam tungku tetap membara mengolah berbagai bahan tradisional menjadi jenang.

“Habis Subuh itu biasanya sudah berproduksi sampai pukul 17.00 WIB. Setelah Tarawih mulai berproduksi lagi. Kalau dibandingkan Lebaran tahun lalu, Lebaran tahun ini pesanannya lebih banyak. Kalau tahun lalu pesanan mulai meningkat saat pertengahan Ramadan,” kata Nitha saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (13/4/2023).

Nitha menjelaskan setiap kali produksi, adonan yang diolah sebanyak 75 kg hingga 85 kg. Jumlah itu belum ditambah pesanan lainnya seperti produksi jenang krasikan yang tak kalah banyak.

Masing-masing tempat produksi jenang memiliki ciri khas tersendiri. Tak terkecuali pada jenang ayu Bu Sono. Jenang yang dibuat di tempat produksi itu salah satunya memiliki cita rasa hangat lantaran ada campuran jahe.

Pusat Produksi Jenang

Soal harga, Nitha menjelaskan saat ini harga grosir jenang ayu Bu Sono yang menjadi oleh-oleh khas Klaten berkisar Rp37.000/kg hingga Rp40.000/kg. Jenang Ayu Bu Sono menjadi salah satu tempat produksi jenang di Wedi yang eksis hingga kini.

jenang ayu klaten
Pekerja membungkus jenang ayu hasil adonan dalam kemasan-kemasan kecil di salah satu tempat produksi jenang ayu Bu Sono Desa Pacing, Kecamatan Wedi, Klaten, belum lama ini. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Produksi jenang ayu itu diawali pada 1990-an oleh pemiliknya, Ny Sono, 76. Berawal dari coba-coba membikin jenang dan dinikmati sendiri, jenang bikinan Bu Sono ramai pesanan oleh warga yang menggelar hajatan.

Tak hanya acara hajatan, kini jenang ayu tersebut ramai diminati pembeli dari berbagai daerah. Tak jarang para pembeli menjadi jenang ayu tersebut sebagai oleh-oleh.

Ditemui beberapa waktu lalu, Kepala Desa Pacing, Lami Wiyono, mengatakan ada sekitar tiga tempat produksi jenang di Pacing. Masing-masing tempat produksi menyerap tenaga kerja dari warga sekitar.

Selama ini, jenang ayu asal Pacing, Wedi, Klaten, kerap dijadikan andalan untuk oleh-oleh. Selain cita rasanya yang legit dan manis, jenang ayu masih layak dikonsumsi selama beberapa bulan setelah proses produksi.

Lami menjelaskan keberadaan tempat produksi jenang ayu tak hanya membuat nama Desa Pacing dikenal. Kegiatan usaha itu bisa memberdayakan ibu rumah tangga setempat. “Harapan saya Pacing itu bisa dikenal sebagai pusatnya produksi jenang ayu dan bisa dikenal di mana-mana,” kata Lami.

Salah satu warga Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, L Sukamta, 51, mengatakan Wedi menjadi sentra produksi jenang di Klaten. Hampir di setiap desa di kecamatan tersebut ada warga yang memproduksi jenang ayu.

Salah satu tempat produksi jenang yang legendaris di Wedi, Klaten, yakni Jenang Ayu Niten di Desa Gadungan yang berproduksi sejak 1928 dan masih eksis hingga kini. Tempat produksi jenang ayu itu disebut-sebut menjadi pioner produksi jenang di Wedi.

“Sampai sekarang terutama Jenang Ayu Niten masih menjadi oleh-oleh andalan. Membuat para pemudik itu kangen dengan cita rasa yang istimewa dari Wedi,” kata Sukamta.

Merawat Orisinalitas

“Kami juga bangga memiliki kuliner yang khas. Artinya dengan pembeli oleh-oleh merasakan Jenang Ayu Niten akan selalu mengingat Wedi. Nama baik kecamatan Wedi otomatis terangkat dari menu atau kuliner ini,” ujarnya.

jenang ayu klaten
Karyawan mengaduk adonan di tempat usaha pembuatan jenang ayu di Wedi, Klaten, belum lama ini. (Istimewa)

Masih eksisnya Jenang Ayu Niten sebagai salah satu kekayaan tradisional yang masih eksis hingga kini menarik perhatian Pemkab Klaten. Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten mengusulkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda ke pemerintah pusat.

Kepala Disbudporapar Klaten, Sri Nugroho, membenarkan Jenang Ayu Niten menjadi salah satu dari delapan usulan warisan budaya tak benda asal Klaten.

“Sifatnya masih usulan untuk kedelapan itu. Masih ada tahapan seleksi. Salah satu pertimbangan diusulkan yakni orisinalitas yang dirawat dari generasi ke generasi,” kata Nugroho.

Pengelola Jenang Ayu Niten, Valentinus RA, 35, mengisahkan usaha jenang itu bermula dari leluhurnya yang memiliki empat anak hampir seabad lalu. Dari keempat anak itu, tiga orang meneruskan usaha membuat jenang.

“Ketiganya itu membuat jenang dan jualan di Pasar Wedi. Saat itu hanya dijual di meja dan masih jenang saja,” kata dia.

Kemudian mengenai penamaan jenang ayu, konon lantaran salah satu penjualnya memiliki paras cantik. Soal nama jenang yang diproduksi menjadi Jenang Ayu Niten, Valen mengisahkan berawal dari generasi keempat yakni Ny YM Wignyowikarno.



Niten diambil dari nama daerah tempat produksi jenang tersebut. Oleh Wignyowikarno, nama Jenang Ayu Niten dipatenkan dan bertahan hingga kini. Sejak dari generasi keempat itu, usaha produksi Jenang Ayu Niten dari Gadungan, Wedi, Klaten, itu berkembang.

Sedangkan Valentinus yang kini mengelola usaha jenang Ayu NIten merupakan generasi keenam. Selama bergenerasi-generasi, jenang ayu niten tetap mempertahankan cita rasa maupun cara pembuatannya seperti saat generasi pertama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya