Soloraya
Senin, 10 April 2023 - 22:06 WIB

Menengok Masjid Al Wustho Mangkunegaran Solo, Perpaduan Arsitektur Jawa & Eropa

Novi Tyas Anggraini  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Masjid Al Wustho di dekat Pura Mangkunegaran, Solo. Foto diambil Jumat (16/12/2022). (Solopos.com/Nova Malinda)

Solopos.com, SOLOMasjid Al Wustho merupakan masjid tua milik Mangkunegaran, Solo. Masjid ini berlokasi di Jalan Kartini, tepatnya di sisi barat Pura Mangkunegaran.

Masjid Al Wustho termasuk salah satu dari tiga masjid di Solo yang mengandung sejarah dan menjadi saksi bisu penyebaran dakwah Islam di Pulau Jawa. Di setiap sudutnya, bangunan di Masjid Al Wustho dinilai sarat filosofi.

Advertisement

Melansir dari kanal YouTube Espos Indonesia pada Senin (10/4/2023), tipologi masjid yang ada di Kota Solo biasanya dibagi menjadi tiga macam, yakni masjid sejarah, masjid negara, dan masjid jami’ (masjid untuk jemaah umum). Nah, Masjid Al Wustho ini termasuk dalam ketiganya dan kerap dijadikan untuk kegiatan keagamaan.

Pembangunan Masjid Al Wustho diprakarsai oleh KGPAA Mangkunagoro I pada 1725-1795. Pada awal didirikannya, masjid ini dinamai sebagai masjid negara yang berlokasi di wilayah Kauman, Pasar Legi.

Advertisement

Pembangunan Masjid Al Wustho diprakarsai oleh KGPAA Mangkunagoro I pada 1725-1795. Pada awal didirikannya, masjid ini dinamai sebagai masjid negara yang berlokasi di wilayah Kauman, Pasar Legi.

Namun letaknya dinilai kurang strategis. Kemudian di pindah ke lokasi yang dekat Pura Mangkunegaran pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunagoro IV pada tahun 1878.

Nama Al Wustho sendiri diberikan oleh seorang kepala keagamaan keraton atau pura bernama Kiai Haji Imam Rosyidi. Ada beberapa alasan dinamakan masjid Al Wustho.

Advertisement

Dari segi arsitektur, sama halnya dengan masjid di Jawa lainnya. Masjid Al Wustho berbentuk seperti rumah Jawa dengan atap bangunan teras berbentuk limasan dan atap tumpang pada bagian ruang utama yang bersusun tiga.

Bedanya, masjid ini memiliki markis atau kuncung, yaitu semacam pintu utama menuju teras dengan tiga akses pintu masuk, yaitu di sisi kanan atau utara, sisi depan atau timur, dan kiri atau selatan. Pada masing-masing atasnya dihiasi dengan kaligrafi.

Advertisement

Pembangunan masjid yang berdiri di lahan seluas 4.200 meter persegi ini juga melibatkan seorang arsitektur Belanda bernama Herman Thomas Karsten. Bangunan yang bisa kita rasakan sekarang ini merupakan hasil perpaduan arsitektur Jawa dan Eropa sehingga dinilai penuh dengan filosofi.

Filosofi lainnya yaitu masjid ini dibangun dengan tiang yang memiliki makna bahwa salat itu adalah tiang agama. Tak heran jika hingga saat ini Masjid Al Wustho masih menjadi jujukan bagi para jemaah dan wisatawan untuk melaksanakan kegiatan keagamaan.

Rutinitas lain juga sering diadakan di sini misalnya seperti pengajian umum, pengajian majelis zikir, selawat, dan kegiatan keagamaan lainnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif