Soloraya
Sabtu, 17 Desember 2022 - 16:17 WIB

Menengok Masjid Al Wustho, Masjid Para Musafir di Kawasan Mangkunegaran Solo

Nova Malinda  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Masjid Al Wustho di dekat Pura Mangkunegaran, Solo. Foto diambil Jumat (16/12/2022). (Solopos.com/Nova Malinda)

Solopos.com, SOLO — Di kompleks Pura Mangkunegaran terdapat masjid bernama Al Wustho. Masjid ini sering dijuluki sebagai Masjid Musafir. Tentunya julukan ini muncul bukan tanpa sebab. Jamaah di masjid ini kebanyakan adalah para pelaku perjalanan sehingga dijuluki Masjid Musafir.

Julukan itu diamini Sekretaris Takmir Masjid Al Wustho, Purwanto, ketika berbincang dengan Solopos.com, Jumat (16/12/2022) di kompleks masjid. Ia mengatakan Masjid Al Wustho tidak dikelilingi perumahan penduduk, namun bangunan sekolah dan dekat Pura Mangkunegaran.

Advertisement

“Sehingga untuk jamaah dari penduduk sini sedikit sekali,  yang banyak adalah para musafir yang mungkin melakukan perjalanan ke kantor, ke Pasar Legi, dan bekerja di instansi-instansi yang berdekatan dengan masjid ini,” terangnya.

Dari pantauan Solopos.com, memang terdapat jamaah yang tampak istirahat di serambi masjid Al Wustho pada Jumat siang itu. Mereka tampak sekedar duduk dan berbaring santai seusai beribadah. Serambi masjid menjadi tempat istirahat bagi para musafir.

Baca Juga: Taman Pracima Pura Mangkunegaran Berdiri di Bekas Lapangan Tenis Tertua Solo

Advertisement

Lebih lanjut, Purwanto menjelaskan Masjid Al Wustho termasuk masjid tua di Kota Solo. Masjid ini dibangun pada 1917 atau lebih dari 100 tahun silam. Sejak saat itu, masjid sudah beberapa kali mengalami perbaikan. Pada 1926, masjid ini dilengkapi dengan menara, gapura, dan serambi.

Lebih lanjut, pada 1970-an, ada penambahan dan pelebaran sedikit untuk tempat jamaah putri. Kemudian perubahan terakhir yakni pada 2018, atap langit Masjid Al Wustho diganti seperti aslinya. “Langit-langit yang tadinya eternit dikembalikan menjadi papan seperti yang sekarang ini, malah justru mengembalikan seperti aslinya,” ungkapnya.

Purwanto menambahkan, bangunan masjid biasanya dicat kembali setiap satu tahun sekali menjelang Ramadan. Warnanya khas, hijau pupus dan putih. “Memang ciri khas Mangkunegaran tu warna hijau, seperti daun, hijau pupus,” kata dia.

Advertisement

Baca Juga: Sejarah Benteng Keraton Kartasura, BCB yang Dijebol Warga Berulang Kali

Karena Masjid Al Wustho masuk cagar budaya, kata Purwanto, para pengurus tidak bisa sembarangan menambah ataupun mengurangi bangunan. Masjid Al Wustho dikelola oleh pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).

“Ada aturannya, misal ada kerusakan tinggal matur saja ke sana [BPCB],” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif